21 May 2010

Kembalikan Tangan Dita, Ayah !

Dunia anak kecil penuh dengan kreatifitas yang terkadang ulahnya membuat kita tersenyum, tertawa, bahagia dan juga terkadang marah....

Ita adalah contoh seorang anak kecil yang penuh dengan daya kreatifitas yang membuat ayah - ibunya tidak akan pernah lupa dengan apa yang telah dilakukannya...

Sepasang suami istri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.


Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.


Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.


Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.


Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.


Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.


Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.


Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.


Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.


Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan airmata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.


“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…


Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…,

Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..

Kali ini aja....

Morning guyz !! How are you today ? I wish you have a nice day today.
Ohh ya. Soal postku yang judulnya Bullying itu ato apa lah ... Kan ada tuh yg namanya Fausia. Dia udah temenan lagi sm yg aku bilang tukang Bullying... Nah... Dia tuh ga tau diri ato gimana sih .. maih pengen harga dirinya di injek makin jauh sama dia? Aneh deh. Dulu dy bilang dy ga mau temenan lg . skarang apa ? temenan lagi kan ? oke... Fine if you would like to be friend again with she. But, don't forget me. Coz I know, you're too easy for forget your old friend.
Yeah, I know, gue ga punya hak buat larang lo. Tapi yah. Pliss deh. Gue juga ga mau punya musuh ! gue udah coba maafin tapi hati gw udah ga bisa di ajak kompromi lagi ! hati gw ga mau temenan sama dia lagi ! Hati gue udah terlanjur ke tusuk sama dia ! Ngertiin gue ... Kali ini aja.... Gue udah ngertiin u berulang kali tapi u ga sadar ! So, kali ini ... gue mohon ... ngertiin gue ... Kali ini aja ...

19 May 2010

Tanya.... -1-

Tanya. Mungkin nama yang aneh untuk gadis kecil berumur 5 tahun ini. Tapi, namanya memang Tanya! Terkadang di panggil Anya. Gadis kecil ini imut, supel, lincah dan cekatan. Tanya memiliki sifat buruk. Yaitu suka merajuk tiba-tiba dan marah tiba-tiba.
Nama lengkap gadis kecil ini adalah Rhetanya Adora Kiona. Sewaktu kecil, Tanya pernah mengalami suatu peristiwa tragis yang tak akan terlupakan oleh semua anggota keluarganya. Tanya pernah tertabrak truk yang sedang melintas dengan kecepatan tinggi. Tanya tertabrak truk karena mau membeli es krim di sebearng jalan. Waktu itu, Tanya hampir meninggal karena kejadian itu, namun akhirnya berhasil di selamatkan. Mama dan papanya Tanya waktu itu hampir pingsan begitu mengetahui Tanya kecelakaan. Termasuk kakak laki-laki dan kakak perempuan Tanya, yaitu Raditya Andros Kennard atau yang biasa di panggil Aditya dan Radinka Adoria Kyna yang biasa dipanggil Inka.
Tanya selamat karena di tolong oleh seseorang kakek tua renta. Saat itu, sang kakek juga hendak menyebrang. Saat melihat kondisi Tanya yang sudah di baringkan di trotoar, kakek itu langsung berlari ke arah Tanya. Lalu, entah bagaimana caranya, kakek itu menghubungi keluarga Tanya. Setelah itu, kakek itupun meraba dahi Tanya lalu mengucapkan sesuatu yang tidak jelas. Seketika darah yang keluar dari tubuh Tanya berhenti keluar dan tubuh Tanya bersih seperti sedia kala. Luka-luka di tubuh Tanya seketika hilang. Namun, Tanya masih terbaring lemas tanpa daya di trotoar.
Dan saat mama, papa dan kedua kakak Tanya datang, mereka sangat kaget! Tanya terbaring lemas di tanah. Kakek yang tadi menyembuhkan luka Tanya menatap Tanya yang masih terbaring. Lalu kakek itu berkata, ‘’Cepat kalian bawa anak ini sebelum terlambat!’’. Mama dan papa menganguk dan Kak Aditya menggendong aku menuju ke mobil. Kak Inka hanya bisa mengigit bibirnya karena takut terjadi sesuatu pada Tanya.
Sesampainya di rumah sakit, Tanya segera di bawa ke ruang UGD oleh perawat. Mama dan kak Inka mengikuti perawat itu sedangkan papa dan Kak Aditya mengurus administrasinya. Namun, mama dan Kak Inka tidak di izinkan masuk ke ruang UGD dulu.
Setelah 30 menit menunggu, barulah mereka di izinkan masuk ke ruang UGD. Tanya terbaring lemah di kasur namun sudah sadar.
‘’Mama? Papa? Kak Aditya? Kak Inka? Kok kalian nangis sih?’’tanya Tanya. Mama mengusap air matanya lalu memegang tangan Tanya. ‘’Anya. Kita nggak apa-apa kok.’’kata mama sambil mengusap rambut Tanya yang terurai. ‘’Terus, kenapa Anya di sini?’’ ‘’Anya sayang, kamu nggak apa-apa kok. Kamu Cuma sakit aja tadi pas mau beli es krim. Ada yang sakit nggak badan Anya?’’kata papa. ‘’Nggak kok, pa. anya nggak apa-apa.’’ ‘’Kamu tidur dulu deh, Nya. Nanti sakit lagi lho. Kalau udah sembuh, Kak Inka beliin es krim deh. Iya kan, Kak Aditya?’’kata Kak Inka. ‘’Iya. Yang penting Tanya sembuh deh sekarang.’’ ‘’Iya, kak. Janji yah…’’kata Tanya sambil tersenyum. Kak Inka menganguk membalas senyuman Tanya yang khas itu.
Beberapa hari setelah itu, Tanya diperbolehkan pulang. Seperti biasanya, Tanya tidur dengan Kak Inka. Kak Aditya tidur sendiri dan mama serta papa tidur berbarengan. Tak seperti biasanya. Sebelum tidur, Tanya bertanya macam-macam pada Kak Inka. Dan ini yang paling mengejutkan Kak Inka. ‘’Kakak! Anya mau tanya dong.’’ ‘’Tanya apa, Anya?’’ ‘’Kak, di dunia ini tuh banyak hal yang nggak bisa di jelaskan yah?’’kata Anya membuat Kak Inka kaget. ‘’Apa, Nya? Nggak juga, tuh. Tapi, mungkin ada beberapa hal yang terjadi di luar nalar manusia. Emang kenapa, Nya?’’ ‘’Nggak apa-apa, kak. Waktu di rumah sakit tiba-tiba banyak banget kejadian aneh, kak.’’ ‘’Ya udah ga usah dipikirin lagi. Tidur deh. udah malem tuh.’’ ‘’Iya, kak.’’.
Malamnya, mama bermimpi bertemu kakek yang menyembuhkan luka-luka di tubuh Tanya. Di dalam mimpi mama, kakek itu bertanya-tanya banyak hal tentang Tanya, tentang Kak Aditya, Kak Inka dan papa. ‘’Anak muda, anakmu yang bernama Tanya itu sangat special. Jagalah dia.’’kata kakek itu. ‘’Hah? Tanya special, kek? Tanya sama seperti anak-anak lainnya kok.’’kata mama kaget. ‘’Iya. Tanya memiliki kemampuan yang tak dimiliki sembarang orang. Jadi, jagalah dia. Didik Tanya agar kemampuan yang ia miliki dapat terkendali dan menguntungkan sesamanya dan dirinya sendiri.’’jelas kakek itu dan di sertai hilangnya kakek itu. Mama terbangun dari mimpi itu.
‘’Tanya! Udah pagi nih! Mau tidur sampai kapan?’’kata Kak Inka membangunkan Tanya yang masih tertidur di kasurnya yang lucu. ‘’Engg.. Anya masih ngantuk kak. Anya masih mau tidur.’’kata Tanya yang berusaha membuka matanya. ‘’Kamu nggak sekolah hari ini, Nya?’’ ‘’Nggak kak. Kan libur TK –nya kak. Emang SMP nggak libur, kak?’’ ‘’Nggak. Ya udah. Kakak mau tanya sama mama dulu kamu beneran libur atau nggak.’’ ‘’Iya deh, kak. Aku tidur lagi, yah.’’ ‘’Oke, Nya.’’
Kak Inka turun ke ruang makan setelah mandi dan ganti pakaian. Lalu, Kak Inka menyapa mama, papa dan Kak Aditya yang sudah ada di ruang makan terlebih dahulu. ‘’Pagi, ma, pa, Kak Aditya.’’sapa Kak Inka. ‘’Pagi, Ka.’’balas mama. ‘’Ma, Tanya libur yah hari ini?’’ ‘’Iya sayang. Mama lupa bilangin kamu kemaren. Oh ya. Mama mimpi aneh semalam. Masak, katanya Anya itu special. Dia mempunyai kemampuan yang nggak dimiliki anak-anak biasa. Jadi, Anya harus di arahkan agar kemampuannya bisa terkendali dan menguntungkan.’’ ‘’Tanya anak special, ma? Apa, gara-gara kecelakaan itu, yah?’’kata Kak Aditya. ‘’Nggak tahu juga, Dit. Nanti deh mama bawa Tanya ke psikolog. Makan aja dulu, deh. nanti terlambat lho sekolahnya.’’ ‘’Oke, ma. Aku udah nih. Ka, udah belom?’’kata kak Aditya. ‘’Bentar kak. Aku pake sepatu dulu.’’ ‘’Bye ma, pa! Adit sama Inka berangkat dulu, yah.’’kata Kak Aditya. ‘’Hati-hati yah.’’ Tak lama, papa juga berpamitan pada mama untuk berangkat kerja. Seperti biasa, mama pasti pergi ke salon untuk facial setelah papa berangkat.
‘’Engg. Mama!!!’’teriak Tanya setelah beberapa jam mama pergi ke salon. Lalu, Bik Nah tergopoh-gopoh mendatangi kamar Tanya. ‘’Non Tanya sudah bangun, toh. Nyonya pergi, non.’’kata Bik Nah dengan logat Jawanya yang medok. ‘’Yah mama mah payah deh! anaknya lagi libur bukannya di temenin di rumah malah di tinggal sendiri! Ya udah deh, Bik!’’kata Tanya ketus. ‘’Non Tanya mau sarapan? Bibi ambilkan sandwich dan susu buat non.’’kata Bik Nah yang selalu sabar menghadapi Tanya. ‘’Nggak mau! Anya nggak mau! Anya mau mama!’’teriak Tanya. ‘’Ya sudah. Sebentar lagi nyonyah pulang, non. Sabar yah.’’kata Bik Nah sambil mengusap rambut Tanya. Tanya ngambek.
‘’Anya! Kakak udah pulang, nih! Mau es krim nggak?’’panggil Kak Inka saat Kak Inka sudah pulang. Tapi, Tanya tak kunjung menjawab. ‘’Bik, Tanya kemana? Ada di kamar kan?’’kata Kak Inka. ‘’Ada non Inka. Tadi non Tanya ngambek karena nyonya pergi ke salon.’’ ‘’Ohh. Makasih bik.’’kata Kak Inka. Lalu, Kak Inka berlari ke lantai dua tempat kamar Tanya dan Kak Inka berada. ‘’Tanya. Kamu kena….’’kata-kata Kak Inka terpotong karena…

17 May 2010

Lelucon yang bagiku lucu ...

Seorang anak kecil membeli sebuah kue donat.
"Berapa harganya, pak?"
" Seribu rupiah," Jawab si penjual
" kalau begitu aku beli satu," kata si anak
Tapi sang pedagang hanya memberikan setengah kue donat, sianak bertanya keheranan
"Mengapa aku hanya diberikan setengah kue donat, pak ?"
Dengan santai si penjual menjawab, "Itu biar kamu mudah untuk membawanya, nak. Bukankah setengah kue donat lebih mudah engkau bawa dibandingkan satu kue Donat ?".
Si anak lantas menganggukkan kepalanya. ia lantas menyerahkan lima ratus rupiah.
"Lho,kok nak kok kamu hanya membayar lima ratus rupiah? bukankah kamu pesa satu kue donat?."
Dengan santai sianak menyahut, " itu biar bapak mudah untuk menghitungnya, pak. bukankah lima ratus rupiah lebih mudah bapak hitung dibandingkan seribu rupiah?"

mungkin sebuah ''LELUCON'' yang aneh ..
tapi bagiku ini lucu...
haha ...

formspring.me

Ask me anything http://formspring.me/shashacluvers

8 May 2010

Sahabat Sejati *Surat Pertama-1-*

April 18th 2004
Sejak aku mengikuti lomba fashion show di suatu kota besar, aku mengenalnya. Anaknya baik dan cantik. Aku ingin berteman dengannya. Bahkan ingin bersahabat dengannya. Namun, karena kota tempat aku dan dia tinggal berjauhan, aku tidak bisa berteman dengan dia.
Akupun pulang ke rumah setelah pulang exkul. Sudah satu tahun berlalu sejak aku mengikuti lomba itu. Dulu, aku dan dia pernah berjanji setelah lomba fashion show berakhir, kami akan berkiriman surat. Namun, tak ada surat yang datang darinya. Tidak tahu deh dia masih mengingat aku apa tidak.
‘’Mum!’’sapaku saat masuk ke ruang tamu rumahku yang sangat besar ini. ‘’Hai my little angel.’’kata mum sambil mengecup pipiku. ‘’Bagaimana sekolahmu, sayang?’’tanya mum. ‘’Baik dong, mum. Aku ganti baju dulu yah.’’jawabku sambil meletakan tasku di tempatnya. ‘’Oke, Karen. Cepat yah. Mum punya kue yang tadi di beli dad di toko kue di seberang stasiun.’’ Ya, Karen adalah namaku.Laluna Karen Clarissa lengkapnya. ‘’Oke mum.’’
Aku dengan cepat memilih pakaian rumah yang sangatku sukai. Kalau dad membeli kue di toko depan stasiun, aku paling tidak bisa menahan rasa ingin maka itu. Saat hendak keluar kamar, mataku terbelak melihat sebuah kalung emas putih yang cantik. Kurasa ini punya mum. Aku mengambil kalung itu. Segera aku turun dan menuju taman belakang. Biasanya aku, mum, dad dan Lea makan kue dan minum teh di taman ini. Lea adalah adikku yang masih kecil. Lea sekolah di Vergiene Pre-School. Aku bersekolah di Vergiene Elementary School. Siang ini, Lea belum pulang sekolah, maka aku dan mum yang makan kue ini. Nanti malam dad pasti akan membawa kue yang lebih banyak lagi. Back to story…
‘’Mum, apa ini punya mum?’’kataku sambil menarik kursi yang ada di samping mum. Aku menunjukan kalung yang tadi ku temukan. ‘’Ohh. Itu punya Aunti Sheila.’’jawab mum setengah kaget. ‘’Kok bisa ada dikamarku yah, mum? Aneh deh.’’tanggapku. ‘’Tidak tahu, Karen. Aunti Sheila kan ada di Aussie.’’kata Mum sambil menuang teh. ‘’Ahh, mum. Mum, boleh kalung ini untukku?’’kataku. ‘’Boleh cantik. Pakai saja. Pasti cocok untukmu.’’kata Mum sambil memasangkan kalung yang cantik itu padaku. ‘’Bagus loh, Karen. Kamu terlihat cantik.’’kata Mum tersenyum. ‘’Iya mum. Thanks yah.’’kataku sambil mengambil chesse cake yang menggiurkan.
Beberapa waktu aku ngobrol dengan mum, Lea pulang. Lea pulang diantar supir kami, Oom Ken. ‘’Mum, Sis Karen!”sapa Lea sambil meletakan tasnya di ayunan kebun. ‘’Hai Lea! Tasnya di letakan di tempatnya dong.’’kata mum sambil berjalan ke arah Lea. ‘’Baik mum. Mum, aku boleh ikut minum teh kan sama mum dan sis?’’kata Lea. ‘’Boleh Lea sayang. Sekarang ganti baju yah.’’kata Mum mengacak rambut Lea. ‘’Oke mum. Tunggu aku yah.’’ Aku tersenyum melihat tingkah Lea. Ya, itu kebiasaan keluargaku. Memanggil kakak dengan sebutan Sister. Singkatnya Sis. Lea sangat imut. Suaranya mengemaskan. Aku sangat sayang pada Lea.
‘’Mum! Lea udah ganti baju nih!’’kata Lea membuyarkan lamunanku. Suara Lea yang kencang itu mengagetkanku. Aku terkikik sendiri. ‘’Sis, sister kenapa?’’kata Lea kebingungan melihatku tertawa sendiri. ‘’Eh. Nggak apa-apa Lea. Yuk duduk.’’kataku sambil menarik sebuah kursi disampingku. ‘’Wah. Thanks sis. Aku mau kue!”kata Lea setelah duduk. ‘’Ambil yang kau suka, Lea.’’kata Mum sambil tersenyum melihat aku dan Lea. ‘’Oh ya, Karen. Ada surat tadi. Itu untukmu.’’kata Mum. ‘’Surat? Dari siapa, mum?’’jawabku. ‘’Nggak tahu. Kamu lihat saja.’’kata Mum sambil menuangkan teh untuk Lea. ‘’Oke.’’jawabku. Aku berlari ke meja surat di halaman depan rumahku. Meja itu dibagi jadi beberapa bagian. Ada bagian untuk suratku, surat untuk dad, untuk mum dan untuk Lea. Meja itu dibuat oleh dan dan Oom Ken.
Aku melihat meja surat bagianku. Waw! Ada sebuah amplop surat. Langsung ku ambil surat itu. Aku berlari ke taman belakang. Aku duduk di ayunan kesayanganku. Warnanya pink, warna favoritku. Segera ku buka surat itu. Aku mengeluarkan isi suratnya. Kertas surat itu lucu. Warna biru langit. Ada gambar seorang anak yang mengejar balon. Aku tersenyum. Aku membaca surat itu. Begini isi suratnya :

Untuk Sahabat jauhku April 13th 2004
Laluna Karen Clarissa
Di Washingtown ….

Hey, Karen! Apa kabar?
Duh, sudah lama banget yah kita tidak berkomunikasi. Aku baru sempat mengirimmu surat sekarang. Habis, aku sibuk di sini. Masih inget nggak sama aku? Hehe . jangan-jangan udah lupa.
Hey, tahu tidak. Aku mendapat juara 1 lomba fashion show di kotaku lho! Sungguh senang aku mendapat juara 1 itu. Saat aku di atas panggung, aku tiba-tiba ingat akan kamu, Kar! Ya! Dulu kamu yang membuatku berani tampil di depan banyak orang. Tanpa kamu, takkan ku dapatkan juara 1 itu.
Oh ya. Kata dad, tahun ajaran baru nanti aku akan pindah ke Washingtown. Dad dipindahkan tugas ke Washingtown. Ahh. Aku jadi ingin cepat-cepat pindah ke Washingtown. Ya, biar bisa dekat sama kamu, Kar.
Udah dulu yah, Kar. Aku bingung harus ngomong apa lagi. Salam buat Lea si imut sama ortu kamu yah. Hehe . oh yah. Sekalian alamat E-Mail kamu yah, Kar. Bye … Ku tunggu jawabanmu !!

Salam kangen,

Vianney Caeresta

Aku tersenyum membaca surat itu. Mum dan Lea bingung melihat aku senyum sendiri. Lalu, aku kembali ke meja tempat aku, mum dan Lea minum teh.
‘’Dari siapa, sis?’’tanya Lea. ‘’Dari Sis Vianney. Masih inget nggak, Le?’’jawabku sambil meletakan surat itu di meja. ‘’Ohh. Apa kabar tuh si Vianney?’’kata Mum sambil mengambil kue lagi. ‘’Baik kok mum. Vianney katanya mau pindah ke Washingtown loh.’’jawabku. ‘’Wah. Enak dong. mum kangen juga sama mamanya Vianney.’’kata Mum sambil meneguk tehnya. ‘’Mum. Aku mau ke kamar dulu yah.’’kataku bangkit dari kursi. ‘’Oke.’’
Aku berlari ke kamarku. Mengeluarkan kertas surat yang lucu. Lalu mulai menulis ……

Andai Cakka Tak Pernah Mengenal Shilla (Cerita Lepas)

“Sepuluh…sembilan…delapan…….” Ify menghitung mundur sedangkan badannya menghadap ke sebuah pohon besar dengan wajah yang dia benamkan di antara kedua telapak tangannya layaknya orang yang sedang berjaga saat bermain petak umpet.

“Tiga….dua…..satu……Udah belom?” tak ada jawaban dari orang yang ditanya. Dan itu artinya…
“Aku mulai nyari ya…” Ify membalikkan badannya. Matanya melihat sekeliling. Sepi…hanya ada banyak pohon besar dan rindang di depannya. Dia mulai melangkahkan kakinya mengitari hutan di tepi tebing itu untuk mencari mangsanya yang sedang sembunyi.

Mata Ify teliti memandangi setiap bagian tempat itu, siapa tau dia ada di salah satu balik pohon yang ada di depannya.
Beberapa saat mencari Ify tak juga menemukan orang yang dicarinya. Dia mulai kelelahan. Dia sudah mengitari di pohon2 terdekat. Dia tak mungkin sembunyi terlalu jauh. Biasanya juga dia mudah ditemukan.

“Ih…..mana sih ni anak?” Ify mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Dia mulai putus asa.
“Aku nyerah deh Cak…..” Ify berteriak mengaku kalah pada lawan mainnya yang ternyata adalah Cakka.

Mereka biasa bermain petak umpet disini. Mereka melakukannya tiap hari tapi mereka tak pernah bosan mengulangnya di hari berikutnya. Biasanya tak ada yang menang maupun yang kalah. Karena masing2 pasti bisa menemukan lawannya. Bagaimana tidak, mereeka sudah bermain di tempat itu puluhan kali. Bisa dibilang mereka hapal betul tempat2 strategis untuk sembunyi.

“Cakka keluar dong…..aku nyerah deh, capek nih…..” Ify duduk di tanah begitu saja menunggu Cakka keluar. Beberapa saat Ify menunggu tapi Cakka tak juga keluar.

“Cakka!!!!!” Ify akhirnya berdiri. Dia terus memanggil2 nama Cakka dan terus mencari.
“Apa dia sembunyi di balik tebing ya? Tapi kan ayah bilang kami masih belum boleh bermain di tebing.”

Ify melangkahkan kakinya menuju bibir tebing. Beberapa langkah lagi dia akan sampai di bibir tebing, tapi langkahnya terhenti saat melihat sesuatu di depannya.
Sebuah sepatu tergeletak tak jauh dari bibir tebing. Hanya satu sisi. Dan Ify mengenalinya.

“Cakka?” Ify berlari mendekati sepatu itu dan mengambilnya dengan perasaaan campur aduk.
“Cakka??” Ify mulai panik. Sepatu itu milik Cakka. Tapi kemana pemiliknya? Dia sudah hampir menangis. Dia menuju bibir tebing lalu mengintip ke bawah. Ya Tuhaan…ini curam sekali. Mungkinkah….

“CAKKAAAA!!!!!!!!!” Ify sudah benar2 panik. Pikiran buruk mulai menghantuinya. Dia terus berteriak memanggil nama Cakka. Ify terpaku di bibir tebing dan masih meneriakkan nama Cakka sekeras mungkin dengan berurai air mata. Matanya melihat sekeliling. Sekarang dia benar2 sendiri. Dimana Cakka?

“Cakkaaaaaaaa!!!!!!!!” Ify merasakan badannya lemas. Cakka tak juga menjawab. sampai tiba2 sesuatu menepuk pundaknya dari belakang.
Ify menoleh kaget .

Cakka berdiri di belakangnya sambil meringis jahil.
“Cakka?!?!?!?” Ify langsung memeluk Cakka erat2, tangisannya semakin keras dan badannya gemetar.

“Hehehe…..Kena deh Ify….”
Cakka masih tersenyum2 dengan gaya jahilnya. Sedangkan Ify semakin erat memeluk Cakka dan tubuhnya semakin keras berguncang.

“Ih…Ify cengeng. Masa gitu aja nangis…takut ya ditinggal sendirian di hutan?” Masih dengan nada bercanda Cakka terus menggoda Ify yang masih terus menangis sambil memeluknya.

“Eh…Fy?” Cakka menghentikan tertawanya. heran kenapa Ify tak berhenti menangis padahal jelas2 dia cuma bercanda dan sekarang sudah berdiri di hadapannya.
“Fy…udah dong nangisnya…kan cuma becanda…sory deh…”
Ify masih terus menangis….

Cakka menyentuh tangan Ify yang melingkar di pinggangnya berniat melepaskannya dari tubuhnya tapi dia kaget.
“Fy….tangan kamu dingin banget…kamu gemetar???”
Cakka yang tadinya berniat hanya menjahili Ify jadi panik melihat Ify yang gak berhenti menangis dan malah semakin erat memeluknya.

“Fy…maaf Fy…aku cuma bercanda….”

“Ga mau……ga mau…”
“Ga mau apa Fy? Maaf…aku cuma bercanda….maaf kalau keterlaluan…”

“Ga……mau…Cakka …..pergi…..”
Cakka tertegun mendengar jawaban Ify. Tangan Ify semakin erat memeluk pinggangnya.
“Fy…..Fy maaf Fy…beneran aku cuma bercanda……” Cakka memegang bahu Ify dan menariknya dari badannya. Ditatapnya wajah Ify yang basah karena air mata. Dia jadi merasa bersalah.

”Ify….mau…sama…..Cakka”
Kalimat Ify terputus2 karena dia mengucapkannya sambil terisak.
“Iya Fy iya…maaf Fy…maafin Cakka….jangan nangis lagi ya…”Cakka mengusap air mata di pipi Ify…badan Ify masih gemetar.
“Kita pulang ya….” Cakka menggenggam tangan Ify dan menggandengnya pulang ke rumah.
“Jangan nangis lagi dong Fy….nanti aku bisa dikutuk jadi kodok sama Rio kalau sampai ketauan bikin kamu nangis….”

Ify mengangkat wajahnya dan menatap Cakka yang berjalan di sampingnya. Dia mencoba menenangkan perasaannya. kemudian menghapus air matanya sendiri dan mengangguk pelan pada Cakka. Dia juga tak mau terjadi apa2 sama Cakka kalau sampai kakaknya marah.

“Senyum dong….” Cakka menatap Ify dengan muka memohon.
Ify memberikan senyum manisnya pada Cakka. Mereka berjalan pulang dengan langkah perlahan sambil menunggu mata Ify yang merah kembali seperti semula.

>>>>>>>>>>

8 Tahun kemudian

12 April 2010 pukul 16.00

“Shillaaaa!!!!!!!!!!!” Cakka berteriak saat melihat sebuah mobil melaju kencang dan hendak menabrak Shilla.

BRAKK!!!!!!
Suara kaca pecah dan benturan benda keras memancing perhatian orang2 sekitar. Semua orang segera berkerumun di sekitar mobil yang menabrak pohon palm itu. Beberapa orang membantu Shilla berdiri. Cakka berlari melihat keadaan Shilla yang sudah bisa berdiri tegak tanpa ada kurang suatu apapun.

“Shil,kamu gapapa kan?” Cakka melihat Shilla dari ujung kepala sampai ujung kaki meneliti kalau2 Shilla terluka.
“Gapapa Cak….aku cuma kaget tadi waktu di klakson….” Shilla masih tampak ketakutan mungkin karena terlalu kaget.

Orang2 berkerumun di sekitar mobil yang remuk bagian depannya itu. Tapi sepertinya pengemudinya tidak apa2. Hanya luka ringan. Beberapa orang membawanya ke rumah sakit. Shilla juga tidak ditanya macam2 oleh polisi karena memang mobil itu yang salah. Cakka segera membawa Shilla pulang.

“Kamu beneran gapapa Shil?”
“Gapapa Cakka…..aku cuma kaget. Aku juga heran. Padahal tadi waktu aku nengok tu mobil udah deket banget di belakangku. Kayaknya ga mungkin lagi menghindar. Tapi kok mobilnya malah nabrak pohon ya?” Shilla mengerutkan keningnya seolah mengingat2 sesuatu.
“Udah jangan dipikirin lagi. Yang penting kamu selamat.” Cakka meyakinkan Shilla.

“Tapi Cak….aku udah sering banget ngalamin kayak gini.” Shilla masih tetap berusaha mengingat2.
“Udahlah Shil….”

“Beneran…” Shilla memotong kalimat Cakka. “Dulu juga waktu aku mau disrempet sepeda motor tiba2 sepeda motornya malah jatuh dibelakangku. Trus waktu aku hampir aja jatuh ke tebing di perkemahan, eh….ada ranting pohon yang ngiket kaki aku, padahal kayaknya waktu itu ga ada pohon. Trus…”
“Shil udah lah….” Cakka memotong Shilla yang ngomong panjang lebar.

“Tapi Cak….semua tu kejadiannya aneh, ga wajar. Dan kamu nyadar ga sih, setiap kali aku hampir celaka itu selalu ada kamu yang nolongin aku?” Shilla menatap Cakka serius.
“Shil….kamu percaya keajaiban kan? Siapa tau itu salah satunya….” Shilla mengangguk pelan.

“Nah…makanya ga usah dipikirin. Udah ah…pulang yuk….udah sore nih…”
Cakka menggandeng tangan Shilla dan merekapun pulang ke rumah setelah menghabiskan sore itu untuk mengerjakan tugas di rumah Oik buat camping besok.

>>>>>>>>>>

13 April 2010 pukul 10.00
@Bumi perkemahan

“Cakka, Shilla dan Gabriel cari kayu bakar ya….kita kumpul lagi disini 1 jam lagi…” Alvin, ketua pramuka, membagi tugas pada kelompok2 yang sudah dibentuk.

Cakka, Shilla dan Gabriel pun menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Alvin. Mereka berjalan berpencar sambil memunguti ranting2 yang sekiranya bisa mereka jadikan kayu bakar.

Mereka berkonsentrasi melihat sekitar mengamati ranting mana yang bisa mereka ambil.

Tiba2.…..

“AAAAA!!!!!!!!!!”

BRAKKK!!!!
Terdengar teriakan Cakka disusul suara benda terjatuh di antara ranting2. Shilla dan Gabriel sontak menengok ke sumber suara dan betapa kagetnya mereka melihat Cakka tergeletak setelah tubuhnya menghantam sebuah pohon besar.

“Cakka!!!!” Shilla dan Gabriel segera berlari ke arah Cakka yang sedang berusaha bangun. Shilla meraih bahu Cakka, begitu juga dengan Gabriel.

“Cakk….kamu Kenapa?” Shilla bertanya dengan wajah khawatir.
“Iya Cak….kenapa?” Gabriel tak kalah paniknya.

Cakka tidak menjawab, hanya dia mengarahkan pandangannya ke depan. Sorot matanya menunjuk sesuatu.
Shilla dan Gabriel ikut mengarahkan pandangan pada obyek yang ditunjuk Cakka dengan sorot matanya. Dan betapa kagetnya Shilla dan Gabriel saat menyadari apa yang mereka lihat.

Gabriel melotot menatap sesuatu itu, sementara Shilla menatapnya dengan ketakutan. Cakka memandang sinis pada sesuatu yang muncul secara tiba2 itu.

Beberapa meter di depan mereka tampak sosok dengan pakaian yang tidak biasa. Seorang anak laki2 yang tampak sedikit lebih tua dari mereka mengenakan baju serba putih.
Yang membuat mereka ternganga adalah dari punggung anak lelaki itu tampak sebuah sayap lebar yang sekarang semakin menciut dan akhirnya menghilang. Anak laki2 itu berdiri tegap di hadapan mereka bertiga. Tatapannya sinis dan tajam.

Mereka terdiam dalam keheningan yang mencekam. Rasa takut sekaligus tak percaya campur aduk dalam perasaan mereka. Hanya Cakka yang sekarang berusaha bangkit menatap sosok itu dengan tatapan tajam.

“Rio??” Cakka mengucapkan nama itu pelan namun seperti penuh amarah.

Anak laki2 yang dipanggil Rio itu tidak menjawab. Dia perlahan mengacungkan telunjuknya ke arah Cakka dan seketika itu juga tubuh Cakka tiba2 terlempar menghantam pohon besar di belakangnya. Darah segar mengalir dari bibir Cakka.

“Cakka!!!!!” Shilla dan Gabriel tersadar dari lamunannya dan berteriak bersamaan lalu berlari menolong Cakka. Wajah mereka tampak pucat pasi melihat apa yang terjadi. Dalam mimpipun mereka tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian seperti ini.

“Cak, dia siapa? Kenapa dia bisa….”
Belum sempat Shilla menyelesaikan kalimatnya dia merasakan kedua lengannya dicengkeram kuat. Begitu juga dengan Gabriel. Saat mereka menoleh ke belakang ternyata di belakang mereka masing-masing ada dua orang yang juga berpakaian serba putih dan tentu saja juga bersayap mencengkeram kuat lengan mereka.

Shilla dan Gabriel tak bisa melepaskan diri dari cengkeraman mereka. Mereka ditarik menjauh dari Cakka.

“Shilla!!!! Gabriel!!!!” Cakka menatap mereka dengan pandangan khawatir.
“Heh lepaskan mereka!!!!” Cakka bersiap menghampiri Shilla tapi anak laki2 bernama Rio itu kembali mengacungkan telunjuknya dan sekali lagi tubuh Cakka terlempar menghantam pohon. Darah semakin banyak menetes dari bibir Cakka.

“Cakka!!!!!” Shilla sudah menangis melihat pacarnya disiksa seperti itu. Rasa takut membuat badannya lemas dan gemetar. Sementara Gabriel terus meronta dari cengkeraman dua orang pengawal itu.
“Lepasin!!!!”
Para pengawal itu tidak menghiraukan rintihan Gabriel dan Shilla yang kesakitan. Mereka justru semakin kuat mencengkeram lengan mereka.

Cakka tergeletak lemas di tanah. Dia kesulitan untuk bangkit. Punggungnya terasa remuk. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah segar.
Rio berjalan mendekati Cakka.

“Kenapa?” Cakka berbicara dengan nada kesakitan. Tatapan matanya sinis pada Rio.

Rio berdiri di samping tubuh Cakka yang masih tergeletak lemah di tanah.
“Apa kau sudah lupa?” Rio mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Cakka. Dan tiba2 Cakka merasakan dadanya begitu sakit. Seperti ada sesuatu yang menusuk jantungnya.

“Aaaaa!!!!! apa maksudmuuu?” Cakka bicara diselingi dengan rintihan karena dadanya yang terasa semakin sakit.

“Siapa Shilla?” Rio tetap mengarahkan telapak tangannya ke dada Cakka.

“Aaaaa!!!! Dia pacarku. Kenapa??? Hentikaaaan!!!! Aaaaaa!!!!” Cakka merintih memegangi dadanya yang semakin sakit tanpa bisa bangkit sedikitpun.

“Jadi kau sudah benar2 lupa? APA KAU LUPA?????” bersamaan dengan itu. Rio semakin mendekatkan telapak tangannya seolah menekan jantung Cakka.

“Aaaaa!!!!!!!”

“Cakkaaaa!!!!!” Shilla benar2 merasakan tubuhnya lemas tak berdaya. Dia tak bisa bergerak menyelamatkan Cakka. Dia hanya bisa melihat kekasihnya mengerang kesakitan.

“Jadi kau lupa janjimu 7 tahun yang lalu????”

>>>>>>>>>>

7 tahun yang lalu….
Istana langit

“Ayah jangan!!!!!” Ify meronta dari cengkeraman pengawal istana yang memegang lengannya erat sekali.

“Ify….sudahlah Nak…..” Permaisuri menenangkan putrinya yang meronta2. Beliau iba melihat putrinya menangis mengiba2 seperti itu.

“Ayah jangan ayah…..”
“Ify sudahlah!!!!” Rio membentak Ify yang terus berteriak memohon daritadi.

Raja langit menatap Cakka tajam.
“Kau akan kami anggap sebagai anggota kerajaan kami jika kau telah menjalani masa ujianmu di bumi selama 7 tahun. Pengawal lemparkan dia!!!” Para pengawal yang menahan tubuh Cakka bersiap melemparkan Cakka ke lubang hitam yang merupakan batas antara langit dan bumi.

“JANGAAAANN!!!!!” Ify meronta semakin kuat dan akhirnya berhasil melepaskan diri lalu berlari kepada ayahnya dan berlutut di kakinya.

“Ayah jangan ayah…..Ify mohon jangan….” Ify memohon sambil terus menangis di kaki ayahnya.

“Rio!” Ayah Ify memberi isyarat pada Rio untuk menjauhkan Ify. Rio pun segera mengerti dan menarik adiknya berdiri lalu menyeretnya menjauh dari ayahnya.

“Lepasin!!!! Lepasin Kak!!!!” Ify meronta2 dari cengkeraman kakaknya. “Ibu!!!! Ify mohon Ibu……jangan!!!! Ibu!!!!” Rio semakin kuat menahan Ify yang terus berteriak sekuat tenaga.

“Ify mau ngomong sama Cakka sekali aja Ibu…..Ibu!!!!”

“Baginda…..” Mata permaisuri menatap Raja langit dengan tatapan yang mengisyaratkan permohonan. Raja langit tampak berpikir dan akhirnya mengijinkan Ify bicara dengan Cakka.

“Lepaskan dia!!!” Para pengawal itu melepaskan tangannya dari lengan Cakka. Ify segera berlari kearahnya dan langsung memeluk Cakka.

Sedari tadi Cakka memang tidak meronta minta dilepaskan karena dia tahu memang itulah yang harus dia hadapai.
Cakka ternyata adalah keturunan penyihir hitam yang merupakan musuh terbesar kerajaan langit. Dia dan keluarganya harus turun ke bumi dan hidup berpencar di tempat yang berbeda. Mereka akan diakui sebagai anggota kerajaan langit asalkan mereka mau menjalani hidup di bumi selama 7 tahun.

“Cakka….jangan pergi….” Ify terus memeluk Cakka sembari menangis tersedu2.
“Fy…..Ify…liat aku…….” Cakka mengarahkan wajah Ify agar menatapnya.
“Aku hanya pergi 7 tahun dan aku akan kembali….” Cakka berusaha meyakinkan Ify.

“Tapi Cak…” Ify masih terus menangis.
“Fy…..kalau kamu sayang sama aku, kamu harus percaya kalau aku pasti kembali buat kamu. Aku pasti kembali buat kamu Fy….aku akan baik2 saja. Aku janji….” Cakka menatap mata Ify penuh harap. Sebenarnya hatinya sakit harus berpisah dengan dengan orang yang sangat disayanginya.

“Tapi Cak……” Ify tetap tak rela berpisah dengan Cakka.
“Fy……aku janji…..” Cakka menatap Ify dengan mata berkaca2. Hatinya tetap tak bisa sok kuat menahan perasaan sakit.

“Pengawal!!!” Raja memeberi isyarat pada pengawalnya untuk menangkap Cakka.

“Cakka!!!!” Tubuh Cakka tertarik menjauh dari pelukan Ify. Ify tetap bersikeras tak mau melepaskan Cakka. Rio pun segera bertindak. Dia menarik tubuh adiknya yang masih terus meronta menjauh dari Cakka.

“Turunkan mereka!!!!” Raja langit mengeluarkan titah.

“CAKKAAA!!!!!!!” Teriakan Ify mengirngi jatuhnya tubuh Cakka ke lubang hitam. Ify jatuh terduduk menatapi tubuh orang yang disayanginya menghilang dari pandangannya.

7 tahun dilalui Ify dengan berat. Di awal2 Cakka meninggalkannya, hampir setiap hari dia menangis. Tapi makin lama dia tak lagi menangis. Ify berubah menjadi anak yang murung. Rio dan Permaisuri selalu berusaha memberikan semangat pada Ify.

Tapi penantian Ify itu dibalas dengan sakit hati oleh Cakka.
Setelah 7 tahun waktu yang diberikan telah berakhir. Raja langit mengeluarkan sebuah cermin raksasa. Dari cermin itu mereka akan bisa melihat keberadaan Cakka di bumi. Tapi saat bayangan Cakka perlahan mulai tampak jelas, betapa kagetya Ify, begitu juga Rio dan semua orang yang menjadi saksi janji yang diucapkan Cakka dulu, saat melihat Cakka sedang mencium Shilla di sebuah taman di bumi.

Raja langit memutuskan untuk tidak menaikkan dulu Cakka ke langit karena hal itu. Sementara Rio akhirnya tak tahan lagi melihat adiknya setiap hari menangis menyadari kenyataan bahwa orang yang ditunggunya selama 7 tahun ternyata melupakannya dan bahkan sudah menemukan penggantinya.

Akirnya Rio pun memutuskan untuk turun sendiri ke bumi dan ingin mneghajar Cakka yang sudah sangat menyiksa adiknya.

>>>>>>>>>>

“Jadi kau sudah lupa dengan janjimu pada adikku Hah???”

“Aaaaa!!!! Hentikan Rio hentikan!!!!”

“Hentikan?? Baiklah….” Rio menarik tangannya. Cakka masih meringis merasakan perih di dadanya. Tapi tiba2 tangan Rio mengarah ke arah lain…..

“Aaaa!!!!” Terdengar teriakan Shilla yang terkena sihir Rio.

“Shilla!!!!” Cakka berusaha bangkit saat melihat Shilla kesakitan karena ulah Rio.

“jangan sakiti Shilla!!!”
Rio tersenyum sinis pada Cakka dan semakin menguatkan mantranya pada Shilla.

“Aaaa!!!! Sakiiiit!!!”

“Cukup Rio!!” Sebuah suara membuat Rio menghentikan mantranya. Rio menoleh ke sumber suara.
Tampak Raja langit, permaisuri dan beberapa pengawal yang berjumlah hampir 20 orang muncul dengan pakaian serba putih.

Gabriel yang masih meronta2 terbelalak kaget melihat fenomena yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sementara Shilla yang masih merasakan sakit di tubuhnya, semakin merasa badannya lemas menatap rombongan peri bersayap yang baru saja hadir di hadapannya.

“Ayah??” Rio menghentikan sihirnya. “maaf ayah….”

Raja langit hanya mengangguk tanpa berkata apapun.

Tiba2 Ify muncul dari sela2 rombongan pengawal.

“Cakka…..”
Cakka yang melihat sosok Ify terbelalak. Dia tak percaya akan bertemu lagi dengannya setelah sekian lama. Dan perasaannya pada Ify…..

“Aaaaaa!!!!!” Terdengar teriakan Shilla yang terkena sihir Rio.
“Shilla!!!”
Cakka yang merasa tubuhnya telah sedikit pulih berlari ke arah Shilla tapi Rio mengacungkan telunjuknya sehingga tubuh Cakka tiba2 terlempar ke belakang.

“Kenapa kau masih membelanya? Itu Ify….apa kau tidak ingat dengannya????” Rio menatap Cakka emosi.

Cakka menatap Ify tapi kemudian kembali melihat Rio.
“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Shilla. Dia pacarku dan aku ga akan membiarkan dia terluka.”

Jantung Ify terasa dihujam pedang saat mendengar kalimat Cakka langsung dihadapannya. Cakka bahkan tak mau mempedulikan dia sedikitpun.

“Lalu bagaimana dengan Ify? Bertahun2 dia menunggumu tapi seperti ini balasanmu??” Rio kembali melemparkan tubuh Cakka hingga menghantam pohon di belakangnya.

“Cakka!!” Ify hendak berlari menolong Cakka tapi ditahan oleh ayahnya.

Cakka berusaha bangkit.
“Aku mencintai Shilla!!!!!”

“Kurang ajar!!!!!” Rio berlari ke arah Cakka dan menghantam tubuhnya dengan sihir yang kuat. Tubuh Cakka terhantam kembali ke pohon. Darah segar mengalir dari kepalanya.

Ify yang melihat kejadian itu menggigit bibirnya. Tangannya mengenggam kuat.

“Lawan aku!” Rio bersiap meluncurkan sihirnya tapi Cakka reflek mengeluarkan kekuatannya yang memang masih tetap ada selama ia tinggal di bumi dan menghantam tubuh Rio hingga terjatuh. Pertarungan pun tak terelakkan lagi. Shilla hanya bisa menjerit melihat tubuh Cakka terlempar kesana kemari. Dia dan Gabriel tak bisa berbuat apapun karena mereka dijaga ketat oleh para pengawal. Sedangkan Ify merasakan jantungnya berdetak kencang melihat orang yang disayanginya merintih kesakitan.

Pertarungan itu tidak seimbang. Rio jauh lebih kuat dibanding Cakka. Dan sekarang Cakka sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah. Matanya terpejam. Badannya sama sekali tak bergerak.

Shilla sudah menjerit2 memanggil nama Cakka. Tubuhnya meronta2 minta dilepaskan. Sedangkan Ify merasakan tubuhnya semakin lemas melihatnya.

Rio berjalan mendekati tubuh Cakka yang sudah tak bergerak. Rio mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Cakka dan bersiap meluncurkan sihir terakhirnya untuk mengakhiri hidup Cakka.

“Jangaaaaaan!!!!!!!!!!!!” Ify meronta keras dari genggaman tangan ayahnya dan berlari ke arah Cakka.

“Jangan Kak jangan….” Ify memohon pada Rio agar tidak meneruskannya.

“Cakka bangun Cakka….” Ify memangku kepala Cakka yang berlumuran darah. Air mata Ify sudah tak terbendung lagi melihat Cakka tak berdaya.

“Minggir Ify!!!!” Rio hendak menarik bahu Ify tapi Ify menepisnya dengan kasar.

“Jangan!!!! Aku bilang jangaann!!!!!”
Ify kembali menatap wajah Cakka. Diusapnya pipi Cakka yang berlumuran darah. Rio hanya berdiri terpaku.

“Kenapa kau masih membelanya?” Rio menatap adiknya dengan tatapan iba. Dia tak tega melihat air mata adiknya terkuras hanya karena manusia tak tau diri seperti Cakka.

“Kau tidak mengerti perasaanku….” Ify berkata lirih masih tetap memandang wajah Cakka yang sudah tak berdaya. Rio bungkam mendengar penuturan adiknya.


Ify meletakkan kepala Cakka dan kemudian berjalan ke arah Gabriel dan Shilla.

“Lepaskan mereka!!!!” Ify memerintahkan para pengawalnya untuk melepaskan Shilla dan Gabriel.

“Ify!” Ayah Ify memberikan isyarat agar Ify kembali.

“Aku bilang lepaskan!!!!!” Pengawal2 itu menatap Ify bimbang.

“Lepaskaaaaaaannnn!!!!!!!” Ify berteriak.

“Lepaskan mereka” Ayah Ify memberi isyarat agar pengawal melepaskan mereka. Akhirnya Shilla dan Gabriel pun dilepaskan.

“Bawa Cakka pergi!” Ify menatap tajam Shilla. Shilla masih menatap Ify dengan wajah ketakutan.
“Bawa dia pergi!!!!!!!” Ify mengulangi kata2nya.

Tanpa menunggu lagi Shilla dan Gabriel langsung berlari ke arah Cakka lalu memapahnya pergi dengan terburu2.

“Kenapa kau membiarkan dia pergi?” Rio menatap Ify tajam. Tanpa mempedulikan pertanyaan Rio, Ify langsung mengucapkan sihirnya dan menghilang kembali ke istana.

>>>>>>>>>>

Rio tak pernah lagi menemui Cakka. Ify akan sangat marah padanya jika dia berani menyentuh Cakka lagi. Ify mengancam akan menceburkan dirinya ke telaga hitam jika ada yang berani menyakiti Cakka. Semua orang tau tak ada satu peripun yang akan selamat jika tercebur kesana.
Tapi semenjak kejadian itu Ify hanya termenung di kamarnya. Wajahnya murung. Matanya selalu sembab karena menangis.

Seluruh anggota kerajaan merasakan kesedihan Ify, tapi mereka menghargai keputusan Ify untuk membiarkan Cakka bebas.
Ify semakin menjadi sosok yang pemurung. Senyum tak pernah lagi tersungging dari bibinya. Dia bertekad untuk mengikhlaskan Cakka walaupun tak bisa. Ia tak pernah bisa melupakan Cakka.

Kedua orang tua Cakka sudah diangkat ke langit dan menjadi anggota kerajaan langit, tapi tidak demikian dengan Cakka. Raja langit tidak menaikkannya ke langit karena sepertinya Cakka pun sudah merasa hidupnya lebih bahagia di bumi.

>>>>>>>>>>

4 tahun kemudian.

Ruangan itu tampak sepi. Hanya ada seorang Ibu2 yang duduk di samping ranjang memandangi sosok yang sudah 5 hari terbaring lemah di kasur rumah sakit itu. Wajah ibu itu tampak kelelahan. Dia memandangi wajah anaknya yang pucat dengan perasaan sedih. Setiap hari dia berdoa agar anaknya bisa selamat dan segera bangun dari koma.

Sekarang sudah jam 8 malam. Suster baru saja selesai mengganti perban di kepala Cakka. Shilla juga baru saja pulang setelah sejak pulang sekolah tadi menunggui Cakka di rumah sakit.

Cakka mengalami kecelakaan 5 hari yang lalu saat mengendarai motornya ke puncak. Benturan di kepalanya menyebabkan dia koma selama 5 hari dan belum sadar sampai sekarang. Setiap hari hanya ada ibu angkat Cakka dan Shilla yang selalu setia menunggu Cakka. Entah kapan Cakka akan sadar.

Tiba2 Ibu angkat Cakka merasakan dirinya begitu mengantuk. Ia berkali2 menguap dan akhirnya tertidur bersandar di kursinya. Waktu pun berhenti berdetak.

Sesosok makhluk berbaju serba putih dan bersayap muncul dari pojok ruangan. Sosok itu adalah Ify.
Ia berjalan perlahan ke tempat tidur Cakka. Dia menatap Cakka dengan perasaan sedih yang teramat sangat. Semua yang terjadi sudah membuatnya begitu sakit hati. Tentang masa lalunya, tentang Shilla, dan tentang keadaan Cakka sekarang.

Malam ini Ify pergi diam2 dari istana langit. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa dia turun ke bumi untuk menemui Cakka. Dia sudah tak tahan lagi melihat Cakka menderita seperti ini. Dia juga tak sanggup lagi menahan perasaan cinta sekaligus sakit hatinya pada Cakka yang sudah tak lagi mempedulikannya.
4 tahun ini dia jalani dengan menahan perih yang terasa membakar hatinya. 4 tahun dia berusaha melupakan Cakka tapi 4 tahun pula dia terus terbayang wajah Cakka dan tak pernah bisa menghapusnya dari pikiran.

Ify menatap wajah Cakka yang pucat. Air matanya mengalir melihat orang yang dulu sangat menyayangi dan disayanginya sekarang dalam keadaan antara hidup dan mati.

Ify sudah mengambil keputusan. Walaupun mungkin keputusan yang diambilnya tidak akan pernah disetujui oleh kakak, ayah maupun ibunya. Karena itulah Ify tak mengatakan keputusannya itu pada siapapun.

Malam ini dia akan melakukan apa yang sudah menjadi pilihannya. Tak akan ada yang bisa menahannya untuk tidak melaksanaknnya. Semua itu demi Cakka dan juga demi dirinya.

Ify mengelus dahi Cakka yang dibalut perban. Dia genggam tangan Cakka yang lemah tanpa daya. Air matanya semakin deras mengalir di pipinya. Dia harus bisa, dan pasti bisa.

Ify menggenggam kalung yang melingkar di lehernya. Kalung yang tidak pernah bisa terlepas kecuali dia sudah mati. Itu adalah kalung kehidupannya. Cahaya dari kalung itu adalah simbol dari nyawanya.

Dan sekarang dia akan memberikan cahaya kalung itu kepada orang yang paling dicintainya selama hidupnya. Orang yang sudah mengisi hari2nya saat mereka masih kecil, menanamkan perasaan cinta yang tertancap begitu dalam di hatinya, orang yang selama 7 tahun dinantikannya tanpa sedikitpun berkurang perasaan cintanya, dan orang yang ternyata sudah mengabaikan dan menyakiti hatinya setelah sekian lama ditunggunya dengan uraian air mata rindu dan penantian yang teramat panjang. Dan 4 tahun dia menghabiskan hari2nya dengan air mata karena Cakka tak lagi mempedulikannya. Tapi hari ini dia akan memberikan cahaya kehidupannya pada Cakka.

“Aku ingin kau tak lagi mengingatku Cakka…”

Ify mengarahkan talapak tangannya ke dahi Cakka dan sebuah cahaya terang dari telapak tangan Ify merenggut semua ingatan Cakka tentang Ify….tentang istana langit….dan tentang semua yang berhubungan dengan dirinya. Dia ingin cakka menjadi manusia seutuhnya. Cahaya itu padam dan itu berarti Cakka tidak akan ingat lagi segala sesuatu tentang Ify.

Ify menundukkan badannya agar dia bisa mendekatkan bandul kalungnya pada Cakka. Digenggamkannya bandul kalungnya yang berbentuk bulan sabit itu ke tangan kanan Cakka. Kemudian tangan kanan Ify juga menggenggam tangan Cakka yang di dalamnya terdapat bandul kalungnya itu.

“Jangan Fy!!!!!!”
Sebuah suara dari pojok ruangan mengagetkan Ify.

“Kak Rio???”
Rio bergegas berjalan ke arah Ify tapi terlambat. Ify mengacungkan telunjuknya dan tiba2 muncul tirai transparan seperti gelembung sabun yang melingkupi tubuh Ify dan Cakka sehingga menghalangi Rio.

“Maaf Ka‘….”
Rio mencoba menembus tirai itu tapi tak bisa. Tirai transparan itu begitu kuat. Rio memukul2kan tangannya dan menendang2 dengan segenap kekuatannya tapi tirai itu tetap tak bergeming. Dia keluarkan sihir2 yang dimilikinya tapi tetap tak bisa menembus tirai itu.

Ify kembali menatap Cakka. Dia menggenggamkan lagi kalungnya ke tangan Cakka dan kemudian di genggamnya juga dengan tangan kanannya.

“Fy jangan Fy!!!!!”

Ify tak mempedulikan panggilan kakaknya. Air matanya menetes jatuh ke badan Cakka.

“Fy…kakak mohon jangan Fy…Fy…ingatlah ayah dan ibu…Ify jangan…” Rio terus berteriak sambil terus memukul2 tirai itu dengan sekuat tenaga mencoba menembusnya.

“Ify!!!! Ify jangan…Ify!!!!!”
Ify tak mempedulikan Rio yang benar2 panik.

Ify menempelkan tangan kirinya ke dada Cakka. Dia memejamkan matanya, berkonsentrasi mencoba mencari dan merasakan detak jantung Cakka.

“Maaf Kak…..Ify egois…..”

“Ify jangan Ify!!! Ify!!!!!!!” Rio berhenti memukuli tirai itu. tubuhnya berdiri kaku menatap adiknya di dalam sana mengorbankan hidupnya demi orang yang sudah menyakitinya.

“Ify….” Rio menyebut nama adiknya lirih. Dia sadar tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk mancegah Ify.

Ify sudah siap.

“Cakka…….aku sangat menyayangimu. Andaikan kau tau aku menunggumu sekian lama berharap kita bisa seperti dulu lagi.” Ify bicara dengan air mata yang terus mengalir.

“Ku akui aku sangat membenci Shilla……..tapi kau sangat menyayanginya. Dan aku sangat menyayangimu. Aku ingin kau bahagia Cakka.” Ify menatap wajah Cakka sayu.

“Jangan pernah sakiti dia. Jangan buat dia merasakan apa yang kurasakan. Sakit Cakka…..Sakit……Andaikan kau tau aku rela mengorbankan hidupku hanya demi dirimu.” Ify semakin erat menggengam tangan cakka.
“Seumur hidupku tak ada seorangpun yang bisa menggantikanmu di hatiku. Andaikan kau mengerti aku sakit hati Cakka….sakit…….Aku akan selalu ada untukmu. Entah kau peduli maupun tidak. Karena aku hanya untukmu. Hanya untukmu Cakka……semoga kau bahagia……”

“Ify…….semoga kau bahagia…..maaf tak bisa menjagamu dengan baik“ Rio menatap adiknya sendu. Sebutir air mata mengalir dari pelupuk matanya. Rio menundukkan wajahnya. Dia pejamkan matanya.

Ify mendekatkan wajahnya pada Cakka. Ify mencium kening Cakka lalu memejamkan matanya. Dia rasakan tangan kanannya yang menggenggam tangan Cakka terasa menghangat karena cahaya dari kalungnya. Dia rasakan tangan kirinya yang menempel di dada Cakka, merasakan detak jantung Cakka.

Kalung itu bersinar…..terang sekali……lama kelamaan semakin meredup dan akhirnya padam. Seiring dengan padamnya cahaya itu, tubuh Ify pun terjatuh tergeletak ke lantai dan tirai yang melindungi mereka pun lenyap.

“Ify!!!!” Rio berlari ke arah Ify yang sudah terkulai di lantai dan memeluk adiknya.
Rio tak mengatakan apapun. Kalung Ify menghitam, menandakan tak ada lagi kehidupan disana. Adiknya telah mati. Air mata Rio kembali menetes menatap mata adiknya yang terpejam.

Rio mengangkat tubuh adiknya.

Sebelum beranjak pergi Rio melihat ke arah Cakka.
“Semoga kau bahagia. Adikku mengorbankan dirinya untukmu. Mengertilah arti cinta sejati.”

Rio memejamkan matanya. Tubuh Ify terkulai di tanagn Rio. Rio mengucapkan sihirnya dan sekejap kemudian mereka menghilang.
Waktu kembali berputar. Ibu angkat Cakka terbangun dari tidurnya dan tak lama kemudian Cakka tersadar dari komanya.

>>>>>>>>>>

Semenjak itulah Cakka menjadi manusia seutuhnya. Dia tak lagi ingat tentang istana langit, tentang sihir dan tentang segala sesutu yang berhubungan dengan Ify. Dia menjalani hari2nya bersama Shilla.

Sedangkan tubuh Ify tetap abadi terbaring di sebuah kotak kaca di salah satu ruangan di istana langit. Setiap hari Rio, ayah dan Ibu Ify berdoa untuk Ify.
Ify……
Jasadnya akan menjadi simbol cinta sejati dan pengorbanan. Cinta, kasih, penantian, kerinduan, sakit hati, dan pengorbanan. Setiap orang yang melihat jasad Ify akan merasakan hawa itu dalam hati mereka.

Cinta sejati tak pernah menyakiti orang yang dicintai.
Semoga kau bahagia Cakka….
Hatiku selalu untukmu…

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *14*

Dan kira-kira 15 menit kemudian, Chacha terjatuh dari atas pohon itu. Thalita kaget setengah mati. Thalita membantu Chacha berdiri. Namun, belum sempat Thalita membantu, Chacha sudah berdiri di depannya. Namun aneh. Pakaian Chacha yang tadinya berwarna warni berubah menjadi putih. Thalita memegang tangan Chacha. Chacha tak bergerak. Perlahan tubuhnya terkulai lemas dan jatuh ke tanah. Thalita sangat kaget! Sejuta pikiran buruk menghantui Thalita. Thalita memegang wajah Chacha yang tampak pucat itu. Lalu dia melihat ke atas pohon. Thalita menyipitkan matanya karena ada cahaya terang dari atas pohon itu. Dan seketika itu Thalita jatuh terkapar ke tanah. Beberapa orang berpakaian serba putih membawa mereka ke suatu tempat yang terang. Chacha membuka matanya saat Chacha dan Thalita telah dibawa beberapa orang sampai di tempat yang terang itu.
‘’Enggh… Tempat apa ini? Kenapa pakaianku berwarna putih semua?’’kata Chacha keheranan saat melihat pakaiannya berubah menjadi putih berkilau. ‘’Mm…Tadi bukannya aku sedang diatas pohon yah?’’Chacha bergumam sendiri. Chacha melihat sekitarnya. Tidak ada orang. Chacha panik. Chacha merebahkan badannya ke sebuah tempat tidur yang sangat indah. Beberapa saat Chacha merebahkan diri di kasur itu, sesosok perempuan berambut panjang dan indah muncul dihadapan Chacha. Sosok itu Chacha kenal. Namun, Chacha tidak bisa mengingat itu. Chacha merasa, pernah bertemu orang itu.
‘’Chacha! Ayo ikut aku!’’kata sosok perempuan itu. ‘’Si.. Siapa kamu?’’kata Chacha merambat mundur. ‘’Tidak usah banyak bertanya! Cepat ikut aku!’’sesosok itu berkata dengan tegas dan menarik Chacha dengan keras. ‘’Arghh!! Lepaskan aku!! Lepaskan!!! Sakit!!!’’Chacha berteriak dengan kencang sambil memberontak dari rejangan sosok perempuan cantik itu. ‘’DIAM!’’kata sosok perempuan itu sambil menendang kaki Chacha. ‘’Sakit !!!’’kata Chacha sambil meringis. Kaki Chacha sangat sakit dan dia tidak bisa berdiri. Chacha diseret oleh sosok perempuan itu ke suatu tempat. Chacha tak berdaya lagi untuk memberontak dari cengkraman perempuan itu.
Chacha di lempar saat sudah sampai di tempat itu. Banyak kabel berserakan di ruangan itu. Lalu, perempuan yang membawanya ke tempat itu berlutut dihadapan seseorang lelaki yang berbadan besar.
‘’Ini dia, Yang Mulia. Anak yang memegang kunci keabadian.’’kata perempuan itu. Chacha tercengang saat mendengar kata-kata itu. Di tempat itu, tidak ada seorang anakpun kecuali Chacha. Laki-laki yang disebut Yang Mulia oleh perempuan itu melangkah perlahan ke arah Chacha. Chacha yang sudah tak berdaya hanya pasrah. Chacha di ikat oleh orang itu dengan kencang. ‘’Saa… Sa… kitt …’’kata Chacha hampir tak terdengar. ‘’Diam kau!!!’’kata orang yang mengikat Chacha sambil memukul Chacha. Chacha hanya meringis kesakitan. Chacha tahu, bila dia berkata sepatah katapun, pasti ia akan dipukul.
Beberapa saat setelah itu, seorang perempuan membawa masuk seorang anak perempuan yang sebaya dengan Chacha. Chacha berdesis ‘’Thalita kah kamu?’’. Anak perempuan itu menoleh ke arah Chacha. ‘’Ya.’’jawab anak perempuan yang ternyata Thalita. ‘’Thalita!’’kata Chacha pelan. ‘’Apa, Cha?’’kata Thalita sambil memegang kepalanya yang terasa sakit. ‘’Aduh. Seluruh badan gue rasanya sakit. Eh, kok lo bisa sampe sini?’’kata Chacha lemah. ‘’Sama gue juga, Cha. Ga tau. Tadi pas gue pingsan di depan pohon, tau-taunya gue udah di satu kasur. Terus gue di dibawa ke sini.’’kata Thalita agak pelan. ‘’Yah… Gimana kita mau balik, Tha?’’kata Chacha kecewa. Belum sempat Thalita menjawab, ‘’ARGHH!!!!!”jerit Chacha.

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *13*

Merekapun teringat akan peristiwa mengerikan yang terjadi saat pertama masuk rumah tua itu. Mereka merasakan suasana yang sama. Namun, tempatnya berbeda. Chacha bergidik ngeri. Ia ingin segera keluar dari tempat itu. Namun, Thalita yang mudah terbawa keadaan malah tidak ingin pergi. Dia tetap bersikeras ingin mengeliingi tempat itu. Chacha sudah merinding setengah mati saat mengikuti Thalita berkeliling ditempat ini. Namun, anehnya, Thalita sama sekali tidak takut. Saat Chacha menyampaikan kekhawatirannya, Thalita hanya cekikikan. Chacha jadi kesal.
Chacha terpaksa terus berjalan dengan Thalita. Chacha melihat ke kanan dan ke kiri. Ya, tempat ini memang menakjubkan. Namun, tetap saja, kegelisahan terus menghantui Chacha. Thalita tidak peduli dengan apa yang dikhawatirkan sahabatnya itu.
Dan Chacha memaksa Thalita untuk keluar dari tempat itu karena Chacha sudah tidak tahan. Suasananya semakin mengerikan. Chacha tidak ingin terjadi apa-apa dengannya dan Thalita. Chacha hampir mengeluarkan air mata saat memaksa Thalita untuk keluar dari tempat itu. Thalita memang sangat tidak ingin melihat sahabatnya menangis. Jadi, Thalita mau untuk keluar dari tempat itu.
Chacha dan Thalita terus mencari jalan keluar dari tempat itu. Namun tidak ditemukan. Chacha semakin gelisah dan takut. Thalita juga nampaknya agak sedikit takut. Ya, takut tidak dapat keluar dari tempat itu.
Kira-kira 2 jam sudah Chacha dan Thalita berkeliling di tempat itu. Thalita teringat sesuatu.
‘’Cha!’’panggil Thalita. ‘’Aduh, Tha. Bikin kaget aja. Kenapa?’’ ‘’Inget ga, tadi pas kita masuk tempat ini pertama kali?’’ ‘’Mm .. Inget. Kenapa?’’ ‘’Tadi kita keinget sesuatu kan?’’ ‘’Iya. Waktu kita masuk rumah ini pertama kali.’’ ‘’Nah, inget nggak peristiwa apa tuh yang terjadi pas kita pertama kali masuk rumah itu?’’ ‘’Inget lah. Inget sangat jelas.’’kata Chacha sambil bergidik. ‘’Waktu itu lo nemuin kunci kan?’’ ‘’Hmm … Iya. Nih. Gue bawa kuncinya.’’jawab Chacha sambil menyerahkan kunci itu pada Thalita. ‘’Gue rasa, kunci ini ada hubungannya sama tempat ini.’’kata Thalita serius. ‘’Iya yah. Tapi, emang apa coba?’’ ‘’Cari pintu yang ada. Kalo terkunci, coba aja sama kunci ini.’’ ‘’Iya sih. Tapi mau nyari dimana tuh pintu? Dari tadi Cuma pohon sama pemandangan yang bagus doang yang kita temuin.’’kata Chacha putus asa. ‘’Aduh. Jangan putus asa dulu, Cha! Kita pasti bisa nemuin kok. Percaya sama gue.’’kata Thalita. ‘’Oke, Tha. Gue percaya sama lo. Kita cari jalan keluarnya sama-sama.’’jawab Chacha kembali semangat. ‘’Nah. Gitu dong. Baru namanya Chacha.’’kata Thalita sambil menggandeng Chacha.
Chacha dan Thalita terus mencari jalan keluarnya. Sudah berkeliling tempat itu kira-kira 6 jam. Tentu, mereka sangat lelah. Chacha mau istirahat sebentar. Thalita juga sama. Dan mereka duduk di bawah pohon yang rindang. Udara sejuk menghampiri mereka berdua. Chacha hampir tertidur, namun tidak jadi. Chacha dibangunkan oleh Thalita. Chacha dan Thalita hendak melanjutkan perjalanan, namun, dari atas pohon itu, jatuh sesuatu. Chacha dan Thalita kaget setengah mati. Ternyata yang jatuh hanya buah kelapa. Chacha dan Thalita hendak melangkah menjauh dari pohon itu, namun, Chacha malah berbalik.
‘’Kenapa, Cha?’’tanya Thalita. ‘’Nggak. Gue Cuma bingung. Ini pohon kan bukan pohon kelapa. Kok, kelapa sih yang jatoh? Aneh banget.’’kata Chacha sambil menepuk-nepuk batang pohon yang kokoh itu. ‘’Iya, yah. Aneh lho. Emang diatas ada apaan? Ada kelapa masa? Nggak mungkin deh kayaknya. Kecuali ada orang tuh yang jatohin.’’tanggap Thalita sambil mengambil kelapa yang jatuh. ‘’Iya. Bener juga tuh. Coba gue manjat yah.’’kata Chacha sambil memulai memanjat. ‘’Oke’’jawab Thalita agak cuek. ‘’Tapi, eh, Chacha!! Jangan manjat!!”teriak Thalita lagi. Namun, Chacha sudah sampai tengah. Jadi tidak terlalu kedengaran. Thalita khawatir kalau Chacha memanjat. Thalita menyesal tadi kenapa dia jawab Oke. Chacha itu tidak bisa memanjat. Dia pernah jatuh dari pohon . Thalita dengan cemas melihat ke atas pohon. Dia berharap tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Chacha. Dan, kira-kira 15 menit kemudian …………

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *12*

Thalita mutusin buat nyari kayu. Dia nyari sampe ngubek puing-puing rumah runtuh. Ketemu akhirnya!
BRAAAKKKK !!!! Thalita mukul orang aneh itu. Tangannya gemeteran. Tiba-tiba orang aneh itu berbalik ke arah Thalita. Thalita keringat dingin. Mundur, mundur,mundur dan nabrak tembok! Thalita berpikir bahwa hidupnya akan di akhiri mati konyol seperti ini. Namun, ZZZZZRRRRRRRRTTTTTTTTTTT !!! Orang aneh itu lenyap seketika. Menjadi sebuah kunci kecil yang indah. Warnyanya emas. Berkilauan. Tampak Chacha dan Jessandra yang sudah tampak agak lega.
‘’Kunci siapa, Tha?’’tanya Jessandra. ‘’Nggak tau deh. Nemu tadi pas orang aneh itu lenyap. Merinding ih gue.’’jawab Thalita ngeri. ‘’Siapa tahu aja, orang itu ada hubungannya sama rumah itu. Lihat nih! Kunci yang waktu kita kelas 4 yang gue temuin. Hampir sama, kan?’’kata Chacha. ‘’Iya, Cha. Lo bener. Tapi, kok tiba-tiba orang itu lenyap yah?’’ ‘’Yee, lo kata gue peramal apa?’’ ‘’SWT, lo, Cha! Udah ga usah berantem dah. Mending telpon si Tata dulu.’’usul Thalita. ‘’Yoi. Masuk yuk.’’ajak Jessandra.
‘’Ta, ke rumah gue deh! Gue nemuin sesuatu berhubungan sama rumah itu.’’kata Chacha saat sudah terdengar suara Tata. ‘’Oooh… Terus kenapa?’’ ‘’Kerumah dong. Mau ngomongin soal itu.’’ ‘’Bentar yah. Engko gue lagi pake sepeda gue. Entar kalo udah, gue langsung ke sana deh!’’ ‘’Oke. Cepet yah!’’kata Chacha sambil menutup telpon. Setengah jam kemudian, bel rumah Chacha berbunyi.
‘’Siapa?’’kata Chacha dari sofa yang sedang didudukinya. ‘’Tata!’’kata suara dari luar. ‘’Bentar.’’
Sementara Chacha membukakan pintu untuk Tata, Jessandra yang sekarang(katanya) akrab di panggil Sandra kalau disekolah, asik ngobrol dengan Thalita. Sepertinya sangat seru walau baru dimulai. Seperti para komentator sepak bola.
‘’Ngomongin apa, San, Tha?’’kata Chacha sambil mengambil dua dudukan untuknya dan Tata. ‘’Itu, lho. Gue baru nemuin titik terang masalah ini.’’ucap Sandra. ‘’Gimana?’’ ‘’Nih, ntar malem, mau nggak masuk rumah itu lagi? Kunci yang kita punya, pokoknya semua deh yang berhubungan sama rumah itu kita bawa kerumah itu.’’usul Thalita. ‘’Gitu doang sih udah pasti gue tau. Emang dengan begitu semuanya bisa selesai? I Think nope…’’kata Tata sambil memainkan unjung rambutnya yang indah. ‘’Iya. Belom selesai lagi. Abis itu, dirumah itu kan banyak pintu tuh. Kita coba semua pintu pake kunci yang udah kita temuin.’’kata Thalita. ‘’Iya. Bener juga lo, Tha!’’jawab Chacha. ‘’Eh, tapi, gimana kalo sampe kayak waktu itu lagi? Kita pingsan pas ditengah-tengah rumah itu? Kan nggak lucu tau. Nah, gue juga bingung, waktu itu kita dirumah itu kan pingsan, nggak mungkin kan kita jalan ke rumah sendiri? Abis pingsan itu kan kita langsung ada dirumah.’’sambung Chacha. ‘’Iya. Aduh.. Susah sih yah. Kalau mau sih kita butuh satu orang buat ngawasin kita dari luar. Siapa yah?’’kata Sandra. ‘’Eh, gimana kalau koko lo aja, Ta!’’usul Thalita. ‘’Boleh juga tuh. Ntar pas pulang deh gue bilang ke orangnya! Moga-moga tuh orang mau.’’
Sudah malam saat mereka selesai ngobrol. Tata, Thalita langsung ngacir pulang saat mama papa Chacha sama Sandra pulang. Mereka mau jalanin misi male mini. Ya, nekat-nekatan gitu lah. Besok mereka sekolah, jadi nggak bisa lama-lama.
Malemnya, tepat pukul 10, rumah udah sepi. Mama papa pergi ke undangan kerabat. Bi Inah mungkin udah tidur. Chacha duluan lagi. Sandra lama jadinya ditinggal.
‘’Mang, pesen bubur 4 dong!’’ucap Chacha. ‘’Boleh neng.’’. Chacha mesen buat makan mereka. Biar nggak masuk angin. Maklum, malem tuh dingin. Nggak lama setelah Chacha makan buburnya, Thalita, Sandra, Tata datang barengan.mereka makan aja. Aku masuk ke rumah itu bareng Thalita, yang udah selesai makannya. Yang lain nunggu diluar.
Didalem, hal yang sama terulang kembali. Suasana serem, merinding, ngeri menyelimuti mereka. Kedengeran banget, ada suara barang jatoh. Chacha dan Thalita takut sampe mau mati!
‘’Tha!! Apa tuh dibelakan lo?? Aahhh!!!!!’’jerit Chacha.
‘’Apaa?? Ahhhh !!!’’
Chacha dan Thalita lari ngibriit keluar rumah itu. Tapi, mereka nggak bisa. Mereka terus lari ke pintu itu. Karena rumah itu gelap banget, jadi cahaya dari pintu itu terang banget. Merka lari,lari,lari sampe akhirnya pintu itu mereka masuki. Tapi, beda banget sama yang tadi pas mereka masuk. Tempat dari pintu ini indah banget! Bunga-bunga mekar, burung nggak berhenti berkicau, binatang bahagia. Chacha dan Thalita takjub melihat tempat ini. Mereka ingin mengelilingi tempat ini. Saat akan melangkahkan kaki, mereka teringat akan sesuatu……………

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *11*

‘’Ih, gila yah tuh rumah. Bikin gue makin penasaran. Pake acara di tutupin lagi. Bikin kita pingsan waktu itu. Uhh, sebel banget gue. Masuk rumah itu lagi yuk? Mau ga ?’’gerutu Chacha pada Jessandra tapi memberikan ide.
‘’Aduh, Cha. Lo kata gue ga penasaran apa ama rumah itu? Iya sih, meang kayaknya kita emang ga boleh tau tuh tentang misteri rumah itu. Tapi, gue udah ga nahan lagi pengen nge-bongkar rumah itu.’’
‘’Ah… emang sih kita belom boleh aja waktu itu. Pengen sih gue ngacak-ngacak rumah itu sampe bener-bener dapet keterangan yang palinggg detail….’’
‘’Iya. Lo bener, Cha. Kita harus tau dulu, asal usul rumah itu. Tanya yuk sama mama atau nggak papa.’’ajak Jessandra.
‘’Boleh.’’
***
Chacha dan Jessandra mencari mama dan papanya. Namun nihil. Mereka saling pandang. Lalu bergidik. ‘’Aih,, mama papa kemana sih? Udah tau anak lagi liburan begini, kenapa masih aja berani ninggalin rumah Cuma aku sama Jessandra doang disini? Uhh,… kemana sih mama sama papa?’’gerutu Chacha. Lagi-lagi Chacha mengerutu. Jessandra tersenyum geli melihat adiknya menggerutu seperti ‘’Kurcaci yang suka menggerutu’’dalam cerita Snow White.
‘’Ini anak juga samaaaa aja. Kerjanya tiap hari Cuma cengar-cingir. Ihh… emang ada yang lucu yah, Jess?’’kata Chacha sewot saat merasa diperhatikan. Chacha emang paling sebel kalo misalkan ada yang ngetawain dia dari belakang.
‘’Ah.. nggak kok, Chacha dedeku yang paling cantik dan paling suka menggerutu… hahahaha…’’kata Jessandra sambil mengacak rambut Chacha yang panjang itu.
‘’Jessandra! Udah deh, bisa diem ga, lo? Tar kalo nggak gue iket lo di gudang!’’ancam Chacha.
‘’Ahh,.. Chacha ga asik ih.. masa gitu aja marah? Hehehe… Cari mama papa lagi yuk!’’ajak Jessandra nggak menanggapi ancaman Chacha. Jessandra memang sayang sama adiknya itu yang super suka ngerutu itu. Walau dia sering di nyolotin sama adiknya itu.
‘’Bik Inah! Ada di kamar nggak?’’kata Chacha memangil Bik Inah, pembantu keluarganya.
‘’Ada, non. Ada apa? Non mau makan?’’tanya Bik Inah keluar kamar.
‘’Enggak, Bik. Aku sama Chacha mau nanya, Bibi liat mama sama papa?’’tanya Jessandra.
‘’Liat, non. Kayaknya mereka sedang keluar deh.’’
‘’Ohh.. Makasih, Bik.’’kata Chacha sambil berlalu pergi. Jessandra tahu, pasti adiknya itu pergi ke taman. Kalau tidak pergi ke rumah Thalita. Kalau kerumah Tata nggak mungkin. Soalnya, rumah Tata itu jauhhh banget dari rumah Chacha.
Tiba-tiba, bel rumah Chacha berbunyi. Tidak tahu siapa yang datang. Jessandra meletakan majalah yang dibacanya. Dibuka pintu rumahnya. Sangat terkejut Jessandra saat melihat siapa yang datang! Orang yang tak dikenal. Wajahnya seram seperti monster yang hendak mencari makan.
‘’Ahhh! Ka..ka…mu… Siapa?’’jerit Jessandra. Jeritan itu membuat Chacha terlonjak dari ayunanya. Hampir saja Chacha jatuh.
‘’Jessandra!!! Lo ngapain sih, kok teriak-teriak gitu?’’kata Chacha sambil ke luar pagar tempat Jessandra berada.
‘’Aaaahhhhh!! Itu, siapa lo sih, Jess?’’kata Chacha juga menjerit sambil menunjuk orang aneh itu.
‘’Hrr…. Biarkan saya masuk kerumah ini! Atau, kalian tidak akan selamat!’’kata orang aneh itu. Chacha dan Jessandra tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain ketakutan. Mau lari, kayak ada yang megang kakinya kenceng banget. Mau tutup mata, kayaknya ada yang ganjel. Mau gerakin tangan, kayak ada yang iket. Makin takut aja, Chacha sama Jessandra.
Kebetulan banget, saat itu, Thalita main ke rumah Chacha. Thalita histeris saat melihat orang itu. Chacha yang sedang keringat dingin ketakutan setengah mati itu dibuat kaget oleh jeritan Thalita.
‘’Thalita! Mending lo balik, pulang kerumah lo sekarang! Cepet! Lo mau bernasib kayak gue sama Jessandra! Cepet pulang!’’teriak Chacha.
Thalita ga bisa ngomong apa-apa lagi. Dia ga mungkin niggalin sahabatnya dalam bahaya kayak gini. Dia harus cepet! Kalo nggak bisaa-bisaa…….

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *10*

Aku segera naik ke ayunan kebun dibelakang. Disusul semua teman-temanku. Kami memulai pembicaraan. ‘’Cha, lo masih inget pas kita kelas IV ?’’kata Thalita memulai pembicaraan. ‘’Masih. Kenapa ? Lo mau masuk rumah itu lagi ? Boleh. Gue juga pengen kesitu lagi nih.’’jawabku.’’Emang sih gue pengen banget. Gimana kalo nanti malem ? Besok libur ini.’’kata Tata nyamber. ‘’Boleh tuh. Oke. Pada mau ga ?’’jawabku. Semua mengangguk tanda setuju. 11 Malam, warung Mang Ical.
Aku berlari kecil menuju warung Mang Ical. Disana belum ada siapa-siapa. Aku memesan wedang jahe 4. Buat aku, Tata, Thalita dan Jessandra. Tak lama, Tata dan Thalita datang.
‘’Eh, nih wedang jahe buat lo pada. Gue yang traktir.’’kataku sambil menghirup aroma wedang jahe yang enak itu. ‘’Weeh. Thanks.. Gue minum yahhh.’’kata Tata dan Thalita bersamaan. ‘’Jessandra mana?’’tanya Tata. ‘’Ga tau. Masih tidur kali. Dia aja katanya mau dateng jam 12. Hahaha….’’jawabku sambil bercanda. ‘’Hoshshhhssshh…. Diem dikit. Kayaknya tadi gue denger suara orang nangis deh.’’kata Thalita. ‘’What ? Orang nangis ? Lo belom ke THT yah ? Kuping lo salah kali.’’kata Tata. ‘’Beneran deh. Sumpah. Dengerin aja kalo ga percaya. Kami semua diam. Memang, aku juga mendengar suara tangis itu. Mungkin aku juga pernah dengar suara tangis itu. ‘’Heh ? Kayaknya gue pernah denger tuh suara nagisnya siapa.’’kataku. ‘’Suara siapa, Cha ?’’tanya Jessandra yang tiba-tiba muncul disampingku. ‘’Wew. Bikin kaget lo, Jess. Gue ga tau pokoknya gue pernah denger aja.’’jawabku. ‘’Jess, tuh minum dulu wedang lo. Di trakti sama Chacha. Gue udah ga tahan pengen masuk ke tuh rumah.’’kata Thalita sambil menunjuk rumah itu. ‘’Oke.. Tunggu bentar.’’jawab Jessandra. Sementara aku membayar semua wedang itu, Jessandra menghabisakan wedangnya. ‘’Udah?’’tanyaku. ‘’Udah. Yuk masuk.’’ucap semuanya bareng.
Suasana rumah yang begitu seram itu membuat semua bulukudukku naik.. Huaaa. Kenapa aku lebih takut dari pada sebelumnya ? Aneh ihh…. ‘’Ta, lo merasa makin takut ga ?’’tanyaku pada Tata. ‘’Iya nih. Huaaaa!!!’’jawab Tata diikuti teriaknya. Setelah itu, Tata tak sadarkan diri. Aku, Jessandra dan Thalita kaget. Kenapa tiba-tiba Tata bisa pingsan. Mungkin dia melihat hantu atau semacamnya. Jessandra pun membawa Tata ke warung Mang Ical dan menemaninya. ‘’Duh, gue takut nih.’’kata Thalita padaku. ‘’Lo kira gue nggak ? Gila, apaan tuh ?’’jawabku. ‘’Coba ambil aja’’kata Thalita. Aku memungut benda yang berkilauan di lantai yang lapuk itu. Dan ternyata sebuah kunci. Mungkin kunci dari salah satu ruangan dirumah ini. ‘’Nih. Tha ! Liat tuh ! Koq tiba-tiba….’’kata-kataku terputus saat melihat Thalita sudah tergeletak disampingku. Dan, tak terasa diri ini melayang dan seperti tidur.
***
Saat tersadar, aku sudah berada dikamarku. Dan semua berada dikamarku. Aku merasa seperti baru bermimpi panjang. Segera aku bangunkan semua temanku. ‘’Heh ? Koq gue bisa disini ?’’tanya Tata heran. ‘’Gue juga. Koq tiba-tiba disini ? Kayaknya gue terakhir masih dirumah itu.’’kata Thalita juga. ‘’Eh, kayaknya gue lagi nemenin Tata pas pingsan deh. Koq gue yang malah disini ?’’kata Jessandra. ‘’Bikin bingung ihh. Gue ga tau pas gue abis mungut kunci dari lantai yang lapuk itu, gue langsung pingsan gitu aja.’’kataku. ‘’Kuncinya mana sekarang?’’tanya Tata. ‘’Ga tau. Bentar coba gue cari dikantong celana gue.’’ Sementara aku mencari kunci itu, mereka semua menghitung berapa kejadian aneh yang terjadi sejak masuk kerumah itu. ‘’Nih. Ketemu. Ternyata ada dikantong gue. Siapa yang masukin ya ?’’kataku sambil menunjukan kunci itu. ‘’Mana gue tau. Emang gue liat ?’’kata Jessandra. ‘’Kejadian aneh itu udah terjadi 3 kali sejak gue dapet mimpi aneh itu.’’kataku seakan tau pertanyaan yang akan ditanyakan oleh Thalita saat itu. ‘’Wekz… Lo tau yang mau gue tanyain ke lo. Hebat.’’kata Thalita. ‘’Hehehe…. Pada laper ga lo semua ? Gue masakin bubur. Mau?’’kataku. ‘’Boleh. Cepet yaaa….’’jawab Jessandra diikuti yang lain.









Aneh, saat masuk kerumah itu semua pingsan. Tidak ada yang tahu penyebabnya. Namun saat Chacha pingsan, dia memegang kunci dari rumah itu dan saat dicari ada dikantong celanyanya. Apa yang menyebabkan semua itu terjadi ? Apa yang akan dilakukan mereka selanjutnya ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *9*

Ulangan umum semester II sudah diambang pintu. Semua belajar dengan tekun untuk mendapat nilai terbaik. Terutama aku. Si juara kelas setiap tahun. Aku memang sangat ingin menjadi juara kelas. Apa lagi juara umum. Tahun ini, merupakan penentuan kelulusan bagiku, Tata dan Thalita. Rencananya kami akan masuk ke SMP yang sama.
‘’Chacha ! Ayo makan dulu!’’teriak Jess yang sekarang sudah langsung kupanggil nama itu. ‘’Bentar, Jess. Lagi beresin buku dulu !”’jawabku. Ya, sejak peristiwa Kaira dan rumah itu memang sudah banyak perubahan dari kami semua. Aku dan semuanya sudah saling berbicara seperti layaknya orang dewasa, menggunakan gue dan lo. Tidak lagi seperti dulu.

Diruang makan,
‘’Lama banget lo diatas. Ngapain aja sih ?’’tanya Jessandra .’’Gue kan udah bilang sama lo tadi, Jess.’’jawabku sambil mengambil sendok kepunyaanku. ‘’Yee, tapi koq lama banget sih ? Gue aja ga lama kayak lo.’’jawab Jessandra. ‘’So ? Gue y ague. Lo ya lo. Jadi, gue sama lo adalah Beda. Ngerti ?’’kataku mulai sewot. ‘’Ahh, terserah lo aja deh. Gue mau ke kamar dulu.’’jawab Jessandra lalu meninggalkanku sendiri dimeja makan.

Besoknya disekolah,
Aku masih mengulang pelajaran yang semalam aku pelajari. Agar tidak ada yang lupa tujuannya. Namun, saat aku belajar, tiba-tiba seseorang mendorongku dari belakan hingga menyebabkan aku hampir terjatuh.
‘’Hey ! Ngapain sih lo dorong-dorong ?’’kataku sewot. ‘’Eh, santai dong, Cha ! Ini gue, Tata. Lupa lo sama gue ?’’kata Tata. ‘’Ya ampun. Ga usah gitu dong, Ta. Mana mungkin gue lupa sama lo, tiap hari gue ketemu sama lo.’’jawabku sambil melanjutkan belajar. ‘’Ya udah deh. Belajar bareng yuk. Hari ini kan terakhir ujian, gimana kalo gue maen kerumah lo hari ini ? Boleh ga ?’’tanya Tata. ‘’Ohh, boleh koq. Ya udah. Ke bangku taman aja yuk.’’ajakku. Aku dan Tata belajar dibangku taman bersama. Tak terasa lonceng masuk sudah berbunyi. Kami langsung masuk ke ruang ujian dan mulai mengerjakan ujian masing-masing.

Dirumah saat pulang sekolah,
‘’Haii Jess. Hari ini Tata mau main kesini lho ! Udah lama dia ga maen ke sini.’’kataku saat menemui Jessandra sedang menonton TV. ‘’Bener lo ? Gila, gue pengen banget ketemu sama dia Cuma dia masih ga ada waktu.’’jawab Jessandra seneng banget seperti anak kecil yang habis diberi balon. ‘’Iaah. Ya udah ya. Gue mau istirahat dulu. Byee…’’jawabku singkat.
Aku menaruh tas di kursi belajarku dan ganti baju. Sehabis itu, aku tidur-tiduran dan tiba-tiba melintas dipikiranku tentang aku dimasa lalu. Kucoba buka diaryku sewaktu masih di kelas 4 SD. Saat membuka lembaran yang bertuliskan, ‘’KAIRA’’,’’RUMAH TAK BERPENGHUNI’’ dan ‘’TANAH LAPANG’’ pikiranku menghambur kemasa lalu. Tentang penyelidikan terhadap rumah itu, anak yang bernama Kaira, hantu rumah itu, tanah lapang itu. Ahh, jadi penasaran lagi deh sama rumah itu.
Aku memutuskan bicara tentang hal ini pada Jessandra. Mungkin dia mau masuk lagi ke rumah itu. Sama sepertiku jika mengingat hal itu.
‘’Jess, lo masih inget pas lo kelas 5 ?’’tanyaku pada Jessandra. ‘’Ohh, tentang rumah itu ? Ya jelas masih lah, Cha. Kenapa ? Lo pengen masuk kerumah itu lagi ?’’tanya Jessandra. ‘’Mau sih. Cuma Tata sama Thalita mau ga yah ?’’jawabku. ‘’Pasti mau lagi. Apa lagi sekarang kita juga udah pada gede, kan ? Gue pasti ikut koq.’’jawab Jessandra. Saat aku akan menjawab, tiba-tiba ber rumahku berbunyi. Jessandra segera membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah Tata dan Thalita.
‘’Chacha ! Lo sini deh !’’panggil Jessandra .’’Napa ? Lho, koq ada Thalita juga ? Seneng deh bisa ngumpul bareng lagi ! Masuk yuk !’’kataku tanpa mempedulikan Jessandra. Mungkin kami akan membicarakan tentang rumah itu lagi. Liat saja nanti.















Chacha, Tata, Thalita dan Jessandra sudah besar sekarang. Mereka juga sudah hampir melupakan tentang misteri rumah itu. Namun, itu masih diingat oleh Chacha dan Jessandra. Apakah Tata dan Thalita masih mengingatnya ? Apakah mereka mau menyelidiki rumah itu lagi ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *8*

Saat ce Jess sudah keluar dari kamarnya, ce Jess menuju taman tempatku, Tata dan Thalita ngobrol. Ce Jess langsung naik ke ayunan.
‘’Cha, tadi bukannya cece jalan sama kamu ya ?’’tanya ce Jess.
‘’Nggak koq ce. Orang dari tadi aku dirumah sama Thalita ‘n Tata.’’jawabku singkat
‘’Ohh. Terus tadi cece jalan sama siapa dong ?’’ ‘’Wah, ga tau tuh ce.’’ ‘’Aduh, eh, Ta. Tadi kamu liatkan cece jalan sama Chacha ?’’ ‘’Liat koq ce. Tapi Chacha aneh. Ditanya malah diem aja,’’jawab Tata. Aku terus memikirkan hal itu sampai aku menemukan titik terangnya.
‘’Ce, waktu itu cece liat aku tembus pandang nggak ?’’ ‘’Hem…. Cece inget-inget dulu ya.’’ ‘’Cece nggak sadar kalo kamu tembus pandang. Cuma pas lewat warung mang Ical, mang Ical bilang gini, koq chacha pucet sih ? Sakit ya ?’’kata ce Jess. ‘’Siapa sih dia ? Oh ya, ce. 2 malem lagi kita mau masuk rumah itu. Cece ikut yah ?’’kataku. ‘’Boleh. Cece naik dulu yah.’’kata Ce Jess.

***
Malam itupun tiba. Aku kembali melakukan pengeledahan terhadap rumah itu. Tetap saja aku harus menunggu ce Jess, Tata dan Thalita datang.
‘’Chacha !!’’teriak Thalita dikegelapan malam. ‘’Oh, Thalita. Udah dateng ya.’’jawabku agak sinis. ‘’Koq gitu sih, Cha ! Marah ya sama aku ?’’tanya Thalita. ‘’Nggak koq. Eh, gimana kalo kiita masuk kerumah itu berdua dulu?’’usulku. ‘’Boleh juga tuh. Ayo masuk.’’jawabku
***
Bulu kuduku mendadak naik semua saat aku melangkah masuk kerumah itu. Lalu kucoba ronggoh sakuku untuk memastikan apakan cincin yang waktu itu ada dikantongku.Masih ada. Aman pikirku. Aku mengandeng tangan Thalita agar tidak terlalu takut masuk kerumah itu.
‘’HUAAAA !!!’’jeritku. ‘’Ehh, kenapa, Cha ?’’tanya Thalita kaget. ‘’Itu-itu. Tadi aku liat anak cewek rambutnya kayak orang yang dimimpi aku itu !’’jawabku gagap. ‘’Masa sih ?’’tanya Thalita tak percaya. ‘’Percaya deh.’’jawabku.









Hantu itu telah ditemui oleh Chacha secara tidak sengaja. Chacha dan Thalita masuk kerumah itu terlebih dahulu.
Apakah yang akan terjadi pada mereka selanjutnya ? Apakah hantu itu benar Kaira ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *7*

Disekolah, akupun tetap memikirkan hal itu. Sampai-sampai pikiranku melayang saat pelajaran. Kenapa sih, masalah itu harus datang padaku ? kan jadi sebel. Sampe-sampe pikiranku juga melayang pas lagi belajar buat ulangan dirumah.
‘’Cha, hari ini boleh kerumahmu ga ?’’tanya Tata. ‘’Boleh-boleh. Jam berapa mau datengnya ?’’ ‘’Hem, jam 3 bisa ga ?’’ ‘’Oh, bisa-bisa. Tenang aja deh. ‘’

Dirumah Chacha saat pulang sekolah,

‘’Cece, cepetan pulang dong. Ada yang pengen Cha omongin sama cece.’’kataku pada cece di telpon rumah. ‘’Aduh, Cha. Sabar dong. Hari ini cece ada exsul, jadi ga bisa pulang agak cepet. Sorri ya, Cha.’’ ‘’Aduh, ya udah deh.’’kataku sambil menutup telpon.
Bel rumahku berbunyi. Aku berangapan kalau itu Tata. Oh, ternyata bukan. Itu Thalita. Aku kaget, bukannya Tata yang mau datang koq malah Thalita yang datang.
‘’Thalita ?’’kataku ‘’Iyah, kenapa, Cha ? Kaget ya aku dateng tiba-tiba?’’katanya. ‘’Oh, iya, Tha. Masuk yuk.’’kataku mempersilahkan Thalita masuk. ‘’Ga ada orang ya, Cha ?’’tanya Thalita. ‘’Lagi ga ada orang nih. Sepi deh. Ce Jess lagi eskul di sekolahnya, mama sama papa belom pulang kerja.’’jawabku sambil mengeluarkan tumpukan buku dari tas sekolahku. PR-ku setiap hari memang menumpuk. Hingga tak ada waktu lagi buat seneng-seneng kalo lagi siang. Apa lagi kalo ada les. Waduh, aku bisa kelabakan. Emang sih, dulu aku banyak les, tapi setelah aku minta berenti les sama papa, ya udah, sekarang aku Cuma les biola doang.
‘’Cha, inget ga waktu kita masuk kerumah yang serem banget itu ?’’tanya Thalita saat aku sudah larut dalam PR-ku. ‘’Hem, masih koq. Kenapa ?’’tanyaku agak cuek. ‘’Enggak, mau ga 2 malem lagi kita masuk kerumah itu lagi ?’’ ‘’Boleh aja sih. Emang besoknya libur ?’’kataku mulai serius. ‘’Iya libur.’’jawab Thalita sambil kembali ke PR-nya.
Kira-kira setengah jam setelah percakapan itu, bel rumahku berbunyi. Ah, itu pasti Tata. Aku berjalan menuju pintu untuk membukakan pintu untuknya.
‘’Hei, Cha. Thalita udah dateng duluan ya ?’’kata Tata. ‘’Udah tuh. Lagi diruang belajarku,tuh, anaknya.’’jawabku sambil menyuruh Tata masuk. ‘’Oh, udah selesai PR-nya ?’’tanya Tata. ‘’Belom sih. Cuma udah selesai 1 doang PR-ku.’’jawabku sambil masuk keruang yang tadi kubuat untuk buat PR.
Saat semua PR-ku hampir selesai, Thailta mengagetkanku.
‘’Cha, cece kamu udah pulang belom ?’’tanya Thalita. ‘’Aduh, Tha. Bikin kaget aja deh. Keliatannya gimana ? Udah apa belom ?’’kataku sambil menyelesaikan PR-ku lagi. ‘’Iya-iya. Sorry deh, Cha. Ga bermaksud buat ngagetin kamu koq. Koq lama sih cece kamu pulangnya ?’’kata Thalita lagi. ‘’Eh, ngomongin ce Jess ya ?’’kata Tata tiba-tiba. ‘’Iya. Lama banget tuh pulangnya.’’jawabku yang sudah selesai mengerjakan semua PR-ku. ‘’Ohh. Tadi pas aku lagi jalan mau kerumah kamu, aku liat ce Jess lagi jalan sama seseorang yang mukanya mirip banget sama kamu, Cha.’’kata Tata serius. ‘’Terus, kirain aku, kamu tuh ga ada dirumah. Taunya, kamu udah asik bikin PR sama Thalita.’’lanjut Tata dengan air muka serius. ‘’Wah, berarti, aku punya saudara kembar dong!’’kataku sambil bercanda. ‘’Aku serius, Chacha.’’kata Tata. ‘’Iya-iya, Tata yang cakep…’’kataku sambil mencubit pipi Tata.
Kira-kira 20 menit setelah aku, Tata dan Thalita selesai mengerjakan PR, ce Jess pun pulang. Tapi, aneh. Kenapa wajahnya sangat capek dan lesu sekali.
‘’Ce, kenapa ? sakit ya ?’’tanyaku agak khawatir pada ce Jess. ‘’Ga koq, Cha. Cece gapapa. Cuma capek ajah. Abis eskul. Capek, Cha. Oh, ya. Mau ngomongin apa tadi, Cha ?’’ ‘’Hem, cece ganti baju sama istirahat dulu deh. Kasihan, cece capek. Nanti aku omongin deh, kalo cece udah ga terlalu capek.’’jawabku. ‘’Oh, oke.’’
Aku mengajak Tata dan Thalita menuju taman belakan rumahku yang sangat luas itu. Di taman itu, ada sebuah ayunan dan 2 ayunan tunggal. Aku dan cece sering bermain ditaman ini. Aku mengajak Tata dan Thalita untuk naik ke ayunan. Aku memulai pembicaraan.
‘’Kita jadikan, 2 malam lagi mau masuk kerumah itu?’’ ‘’Iya. Jadi, Cha. Cecemu tetep ikut.’’jawab Thalita cepat. ‘’Oh, kalian mau masuk kerumah itu lagi, ya ?’’tanya Tata. ‘’Iya lah, Ta. Kamu nih gimana sih.’’kataku sambil mengacak rambut Tata yang panjang itu. ‘’Ohh.. Ya udah. Masih bingung nih sama rumah itu. Sebenernya apaan sih maksud semua itu ?’’ kata Tata. ‘’Yeee, emang kamu doang yang bingung apa, Ta. Aku juga bingung tau.’’sahut Thalita.











Tata mengatakan bahwa Jessandra jalan berasama orang yang sangat mirip dengan Chacha. Thalita, Chacha dan Tata berencana masuk kerumah itu lagi.
Siapa orang yang jalan bersama Jessandra itu tadi ? Apakah misteri dalam semua rumah itu ? Apakah mereka jadi masuk kerumah itu ? Apakah Jessandra memiliki sebuah alasan tersendiri mengapa ia sangat capek dan terlihat lesu ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *6*

Saat Thalita dan Ce Jess sudah datang, kami segea menuju kerumah itu. Hiiyy, ternyata lebih seeram dari yang aku bayangkan. Ce Jess dan Thalita dengan berani membuka pintu masuk ke dalam rumah itu. Dan, saat aku menginjakan kaki dirumah itu, betapa sangat terkejutnya aku ! Lantai kayu yang sudah tua itu berbunyi. Pastilah aku kaget. Tak lain ceritanya dengan Tata. Dia berteriak saat lantai kayu yang sudah lapuk itu patah.
‘’Sttthh…. Diem, Ta.’’kata Thalita sambil mencari saklar lampu dirumah itu. ‘’Eh, Tha. Liat deh. Apaan sich niich ? Koq bentuknya aneh gitu ?’’kataku sambil menunjuk suatu benda dirumah itu yang bentuknya aneh. ‘’Mana-mana ?’’kata Thalita. ‘’Tuh.’’
***
Berbagai macam benda aneh udah aku temuin. Tapi aneh. Penghuni rumah itu belum juga ada tanda-tandanya. Oh, aku melihat sesuatu benda berkilauwan dilantai rumah itu. Dan, itu sebuah kunci!
‘’Tha! Sini deh. Ada kunci nich. Tapi aku ga tau kunci apa.’’ ‘’Cha, liat kuncinya!’’kata Ce Jess mengagetkanku. ‘’Iaah-iaah cece…. Tapi nyantai donk bilangnya. Kan bikin aku kaget.’’ ‘’Aduh, iaah deh. Thalita, Tata! Coba liat deh. Ini kira-kira kunci apa ya ?’’kata ce Jess. ‘’Aku ga tau tuh, Ce. Tapi, tadi pas aku naik ke lantai duanya ada 1 kamar yang kekunci . Mungkin itu kuncinya .’’kata Tata. Aku, Ce Jess, Thalita dan Tata mencoba kunci itu untuk membuka kamar itu. Berhasil! Aku mencoba masuk pertama. Kamar itu rasa-rasanya aku kenal. Ah, tapi langsung ku jauhkan pikiranku itu. Akukan ga pernah masuk kamar ini sebelumnya.
‘’Cha, sini deh.’’panggil Tata. ‘’Kenapa, Ta ? Lagi penasaran sama kamar ini nich. ‘’kataku tak menghiraukan. ‘’Aduh, Cha. Nanti ajah deh lanjutinnya. Liat nih. Aku nemuin artikel majalah di depan kamar ini.’’ ‘’Ah, mana-mana ? Liat donk, Ta.’’kataku akhirnya keluar dari kamar itu juga.
Lama aku melihat artikel itu. Apa maksudnya semua artikel yang diguntingnya itu ?? Saat aku sedang melihat….
KLONTAANNNGGGG…….. GRUSSSSAAAKKKK….. GUBRAAAKKKK……
‘’APA ITU ???’’teriakku, Ce Jess, Tata dan Thalita bersamaan.’’
Huh. Suara apa sich ? Bikin smua kaget ajah. Ah, jangan-jangan….. Ga mungkin lha. Masa hantu bisa megang barang ? Apa kucing ? Mungkin kali ya…. Em, karna hari udah mau pagi, jadi kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing.
***
Di rumah Chacha,,

Uhh, udah mau jam 5 pas aku sampe dirumah. Ga terasa lho. Masa aku 5 jam dirumah itu ? Aku ga sadar lho. Tapi, pas aku sampe dirumah, yang bikin aku kaget kenapa tiba-tiba ada cincin ga jelas gitu di kantong celanaku.
‘’Chacha! Coba ke kamar cece bentar deh!” teriak Ce Jess. ‘’Bentar, Ce.’’balasku cepat. Aku berjalan ke kamar sebelahku. Terlihat dari kaca kamar cece kamarnya itu berantakan. Ohh. Sama kayak kamarku dulu.
‘’Koq kamar cece bisa berantakan sich ? Abis ngamuk ya ? Ato, frustasi di putusin pacar ya ? Hehehe.’’kataku sambil bercanda. ‘’Aduh, Cha. Jangan ngomong macem-macem deh. Ini bukan cece yang berantakin lho.’’kata cece sambil membereskan kamarnya. ‘’Ah, terus siapa dong, ce? Kan mama sama papa belom bangun. Apa pas cece tidur dulu sebelom pergi cece ga beresin kamar ?’’selidikku. ‘’Udah koq, Cha. Aneh lho.’’ ‘’Eh iya, Ce. Dulu kamarku juga pernah berantakan ga jelas kayak gini. Kata mama sih yang berantakin itu sepupu kita namanya Ichiko. Katanya sich kita ga kenal sama dia.’’ucapku detil pada cece. ‘’Oh. Ya udah deh. ‘’ ‘’Eh, Ce, aku nemu cincin nich di kantong celanaku. Punya cece ya ?’’tanyaku. ‘’Bukan, Cha. Jangan-jangan itu ada hubungannya sama rumah tadi ?’’ ‘’Hah? Bisa jadi sih ya.’’ ‘’Hem… Ya udah deh. Kamu simpen dulu tuh cincin. Kapan-kapan kalo libur lagi kita masuk lagi kerumah itu. Cece mau beresin kamar nich. Abis itu mau tidur. Udah ya, Cha. Daahh…..’’kata cece sambil menyuruhku keluar kamarnya. Uh.. Dasar cece….












Rumah itupun sudah dimasuki oleh Chacha, Jessandra, Tata dan Thalita. Anehnya, saat tiba dirumah, kamar Jessandra berantakan tak karuan. Chacha jadi ingat kembali waktu kamarnya berantakan. Kali ini, kamar Jessandra terkunci. Tak ada yang bisa masuk kecuali dia sendiri. Di rumah juga tak ada saksi. Chacha juga menemukan sebuah cincin yang aneh. Pemiliknya tidak diketahui.
Siapa yang mengacak-acak kamar Jessandra ? Apa sangkutannya cincin itu dengan rumah itu ? Apa yang terjadi pada Chacha, Jessandra, Tata dan Thalita selanjutnya ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *5*

Aku semakin penasaran dengan anak itu. Terutama pada sesuatu yang bersangkutan dengan Thalita itu. Ahh, andai aku tau pemecahan semua masalah itu. Oh ya, aku belum cerita soal Tata waktu itu. Hari itu, aku dan Tata sedang berjalan di depan rumah yang katanya sudah tidak berpenghuni sejak 38 tahun itu. Hari itu, aku kebetulan ketemu Tata didepan warung Mang Ical.
Saat aku melirik ke rumah itu, Tata mengajak masuk kerumah itu. Aku sih ga mau ambil resiko ketemu hantu di rumah itu ya jadi aku ga mau. Tapi, Tata tetep maksa sampe akhirnya aku mau juga. Tapi, aku sama Tata ga jadi masuk soalnya ada hansip yang lagi jaga malem disana.
Nah, hari ini rencananya aku mau masuk ke rumah itu. Tata dan Thalita juga pastinya ikut.
***
Pas istirahat di kantin,,,,
‘’Tha, nanti malem jadi, kan ?’’kataku pada Thalita. ‘’Hemm, iaah, Cha. Tapi, ngapain sih kamu mau masuk kerumah itu ?’’jawab Thalita sambil menyedot minumannya. ‘’Ahh, aku masih penasaran, Tha.’’jawabku simple. ‘’Eh, eh, eh, Tha, Cha. Sini deh ! Ada yang aku mau kasih tau ke kalian’’kata Tata setengah berteriak tiba-tiba. ‘’Oh, oke-oke.’’jawabku dan Thalita bersamaan. ‘’Kenapa sih, Ta ?’’ucapku memulai pembicaraan. ‘’Enggak koq, Tha, Cha. Aku Cuma mau kasih tau, kalo katanya rumah itu ada penghuninya.’’jawab Tata serius. ‘’HAH ??? MAKSUD KAMU HANTU, TA ?’’kata Thalita berteriak kaget. ‘’Aduh, Tha. Nyantai donk. Kan ga enak didenger temen-temen lain, Tha.’’ucapku sambil menutup mulut Thalita. ‘’Iyahhh-iyaahh, Chachaku tersayang. Hehehe. Tapi, emang bener penghuninya itu hantu ?’’jawab Thalita. ‘’Hem, iyaah, Tha. Makanya aku ngasih tau kamu sekarang biar nanti malem kamu semua ga pada kaget.’’jawab Tata. Aku hanya mangut-mangut sambil mengingat-ingat apa aku pernah mendengar cerita tentang rumah itu.
***
Dirumahku pas pulang sekolah,,,,
‘’Ce,’’sapaku pada kakak perempuanku yang biasa kupanggil cece. ‘’Napa?’’kata ceceku supersinis. ‘’Aduh, Ce. Jangan sinis gitu donk ke aku. Kan jadi takut sama cece nih…. Aku boleh nanya sesuatu ga, ce?’’kataku sambil bercanda pada ceceku. ‘’Ahh, kamu tuh ganggu cece lagi belajar, Chacha sayang. Okeh, boleh. Mau nannya apa?’’kata ceceku akhirnya.. ‘’Ini , Ce. Cece tau kan rumah yang katanya ga dihuni 38 tahun itu ?’’kataku serius. ‘’Iyah. Cece tau. Emangnya kenapa ?’’jawabnya. ‘’Ntar malemkan aku mau masuk kerumah itu, cece tau sesuatu ga tentang rumah itu ?’’ ‘’Hah ? Kamu serius, Cha ? Mending cece ikut deh, Cha. ‘’kata cece sambil mentatapku. ‘’Emangnya kenapa, Ce ?’’ ‘’Gini loh, Cha. Katanya temen cece, dia pernah liat anak cewek cakep banget ada di dalem rumah itu. Terus, katanya tembus pandang. Cece sih ga tau anak itu kayak apa. Yang pasti kata temen cece itu anaknya cantik, rambutnya panjang, kulitnya putih.’’jawab cece serius. ‘’Ohh, ya udah deh, ce. Thanx yahh….’’ ‘’Eh, eh, Cha. Tunggu. Jadi cece boleh ikut ga nich ?’’tanya cece. ‘’Ohh, boleh-boleh koq ce. Ntar malem jam 11 yah….. ngumpul di warung mang ical. Keluar rumah diem diem yah. Nanti takut bangunin mama sama papa.’’kataku sambil berbisik dan lekas keluar dari kamar cece.
***
Oh ya. Aku hampir lupa mengenalkan ceceku itu. Namanya Jessandra. Biasa dipanggil Jessa. Dia merupakan satu-satunya anak kelas 8 disekolahnya yang bisa ballet. Dia ballet sejak masih TK A. Gerakan balletnya hampir menyerupai professional Luar Negeri. Aku saja baru les sejak aku kelas 1 SD. Yah, baru 5 tahun masih belum bisa sperti ce Jess. Back to my story
***
‘’Aduh, pada masih tidur apa yah? Koq belum ada yang dateng sih?’’gumamku. Tiba-tiba ada yang menepukku dari belakang. Ouucchh…. Sakit…..
‘’Aduh, siapa sich ? Mukul kira-kira dong.’’kataku sambil marah-marah. ‘’Iaah, Chacha. Sorry deh. Hehehe. Thalita belum dateng nich ?’’kata Tata yang tadi menepukku dari belakang. ‘’Uhh, iaah, aku maafin. Belom tuh. Dia belom dateng. Eh, ceceku mau ikut masuk kerumah itu boleh kan ?’’tanyaku. ‘’Ohh, boleh koq. Sekalian nemenin kita. Eh, tapi koq sekarang dia belom dateng sih ?’’tanya Tata. ‘’Nga tau tuh. Lagi jalan kali.’’jawabku sambil mengeluarkan handphoneku buat menelpon cece Jess.







Muncul tokoh baru dalam cerita ini. Kakak perempuan dari Chacha. Yaitu Cece Jessandra. Rumah yang sudah tak berpenghuni itu sebenarnya memiliki penghuni yaitu mahkluk halus.
Masih lamakah Chacha dan Tata menunggu Thalita dan cece Jessandra datang ? Apa hubungan rumah itu dengan semua mimpi Chacha ? Mungkinkah saat didalam rumah itu mereka semua bertemu hantu ? Akankan semua misteri ini terpecahkan ?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *4*

Aduh… Aku makin bingung deh sama anak yang namanya Kaira itu. Koq dia bisa ada disini sich? Uh.. Saat aku pulang sekolah, aku sempat mendengar samar-samar pembicaraan mama sama tante aku. Dan, anehnya lagi, kenapa dia bawa-bawa namaku ? Benar-benar aneh……
Sebenernya itu ga masalah sih buat aku, ya, tapi yang bikin aku makin mikir gitu, gara-gara mereka tuh bawa-bawa nama Tata sama Thalita..! Uuh… mama sama tante bikin aku tambah pusing…..
***
‘’Eh, Cha. Kamu tau ga, kemaren sepupuku yang rese banget itu dateng lagi ? Uhh…. Sebel banget tau ga…. Tapi, anehnya, kemaren aku jalan-jalan kemana gitu ya, aku ngeliatt….’’ ‘’Udah…. Udah… Stop-stop Tha..!! Aku tau, kamu pasti mau bilang anak yang cakep banget itu kan? Oh, bukan, tanah lapang yang aneh itu? Iyaa kan?’’tanyaku memutus pembicaraan Thalita.
‘’Iya, Cha. Cuma kan….’’kata Thalita terputus. ‘’Kenapa? Koq ga dilanjutin, Tha?’’kata Tata. Aku hanya diam saja melihat Thalita nyerocos…. Hehee……
Tapi, aneh lho, kenapa Thalita yang ngalamin semua yang aku mimpiin itu? Bukannya harusnya aku? Kenapa harus Thalita? Kan dia kasihan…. Aku yang mimpi, koq dia yang ngalamin ? Itu kan ga fair namanya….
‘’Chacha koq bengong? Ada masalah ya, Cha?’’kata Tata. ‘’Engga koq, Ta. Cuma, itu lho, kamu udah aku ceritain kan tentang mimpi itu? Aku rasa, ini ada hubungannya sama Thalita.’’jawabku cepat. Mendengar namanya disebut, Thalita langsung menoleh padaku.
‘’Kenapa, Cha?’’tanya Thalita. ‘’Eh, ga koq. Cuma, menurutku semua mimpiku ini ada hubungannya denganmu, Tha.’’jawabku takut Thalita marah. ‘’Oh, soal itu. Udah ya, Cha. Itu ga usah dibahas lagi… Tapi,’’kata Thalita terputus. ‘’Tapi apa, Tha?’’tanyaku. ‘’Tapi aku gemes pengen cubit pipi kamu, Cha…. Hihii….’’kata Thalita sambil mencubit pipiku dengan gemas….. Thalita, Thalita…..
***
Beruntung, masa yang sulit itu sudah bisa aku lalui dengan baik. Emang sih, gara-gara Thalita bilang dia ga mau ngomongin soal mimpiku lagi, aku jadi gampang ngelupainnya. Untung aja ada Thalita, aku ga jadi down kayak dulu lagi…. Walau begitu, tetap saja aku masih penasaran dengan anak yang mirip banget sama Kaira di mimpiku itu. Nah, yang jadi pertanyaanku, Siapa sebenarnya anak itu?
Oh iya, soal saudaraku yang namanya Ichiko itu, ternyata dia itu orang yang ga pernah bisa rapih. Pantesan dia berantakin kamarku waktu itu. Ichiko juga masih jadi ganjelanku selama itu. Aku Tanya ke mama setiap kali pasti dijawab hanya dia itu saudara kamu, tapi kamu ga kenal, Cha. Pasti mama bakal bilang gitu.
Hari itu, aku pulang sekolah bareng Tata. Soalnya mamanya Tata ga jemput. Katnya lagi sih Tata bakal malem dijemputnya. Aku seneng banget. Jadi seharian ini aku bisa ngobrol bareng Tata.
***
‘’Ta, kamu tau ga, kalo waktu itu aku liat anak yang mirip banget sama Kaira ?’’kataku pada Tata. ‘’Ya, aku tau. Kenapa?’’jawab Tata. ‘’Engga, aku Cuma pernasaran ajah sama dia. Soalnya waktu itu aku pernah nanya nama diia siapa malah dikacangin…. Uhhh… sebel deh….’’ ‘’Hem~ dia malu kali sama kamu. Aku liat sich kayaknya dia itu adik kelas deh….’’ ‘’ iya sih, keliatannya kayak gitu. Tapi, gimana nyatanya?’’ ‘’Ya udah. Besok kita ke sekolah Tanya sama dia deh. Tapi, kalo ketemu ya, Cha…!’’ ‘’Sipp deh….’’kataku sambil mengedipkan mata pada Tata.
***
Pagi-pagi banget aku udah dateng ke sekolah. Anak-anak lain pada belum ada yang dateng. Jadi, terpaksa aku nunggu Tata dateng sendirian deh…. Ehh, tapi, pas aku keluar kelas, aku melihat sesosok anak cewe yang mirip banget sama Kaira itu. Langsung ajah aku tangkep tangannya, Ohh oh….. Tapi…! TERNYATA TEMBUS!!!
Aku kaget sampai-sampai aku lari pontang panting ke sudut kelasku. Tapi, mataku terus saja menatap ke pintu itu. Pikiranku selalu ke Kaira. Aduhh…. Aku bukannya lari karna takut, tapi karna kaget. Saat Tata masuk kelas, segera aku tarik tangannya.
‘’Aduh, Ta…. Tau ga, tadi aku mengang tangannya anak yang mirip sama Kaira itu…’’kataku. ‘’Terus?’’ ‘’Nembus Ta… Aku kaget banget…..’’jawabku. ‘’Hah nembus? Koq bisa? Kamu belajar sulap ya, Cha?’’tanya Tata. ‘’Aduh, Ta. Ini bukan saatnya bercanda. Aku serius, Ta.’’kataku dengan expresi muka yang agak kesal.





Chacha sudah berusaha untuk bertanya pada anak yang mirip sekali dengan Kaira, tapi gagal. Kaira tembus. Sebenarnya, siapakah anak itu? Apa hubungannya semua itu dengan Thalita?

Chacha Tata Thalita Sandra Adventure *3*

Entahlah sudah beberapa bulan setelah mimpiku yang aneh itu. Tapi tetaplah aku tidak bisa melupakan siapa Kaira itu, dan tanah lapang yang aneh itu. Sekarang, aku masih bingung. Ada apa dibalik semua itu? Aku tidak tau, sebenarnya apa yang mau disampaikan padaku melalui mimpi itu. Tapi, aku hanya menunggu saja, aku yakin suatu saat semua itu pasti terjawab.
Mungkin, ini ada hubungannya denganku. Aku masih bingung dengan semua pertanyaanku. Uh… Setiap hari pasti ada 1000 pertanyaan yang muncul di otaku setiap harinya.
Hari itu, aku pergi ke sekolah dengan langkah gontai. Tidak seperti biasanya. Slalu semangat, ceria. Dikelas, Tata menyambutku dengan gembira. Namun, aku tidak menjawab. Tatapun khawatir.
‘’Kenapa, Cha?’’kata Tata padaku. ‘’Oh..eh…. ga koq, Ta. Cuma, lagi pusing dikit ajah.’’jawabku cepat.
‘’Kamu sakit? Mau aku antar ke UKS?’’kata Tata. ‘’Ga usah, Ta. Aku ga papa koq. Cuma, pertanyaan tentang mimpiku tetap saja menghantuiku setiap saat. Uh…’’kataku lagi.
***
Aku ga tau kenapa. Kenapa aku tiba-tiba bisa kayak gini. Padahal sebelumnya aku ga papa koq. Pertanyaan itu ga bikin aku pusing. Tapi, kenapa sekarang aku pusing banget mikirin itu ya?
Saat akan berpikir mengapa seperti itu, dari belakangku, Thalita merangkulku sambil tertawa kecil.
‘’Hai, Cha. Koq tadi kita ga ketemu sih pas di sekolah?’’kata Thalita. ‘’Masa sih? Tadi aku sih liat kamu main sama temen kamu, jadi aku ga mau ganggu ya, aku ga panggil kamu deh… hehehe..’’jawabku.
Pertemuan itu membuat aku sedikit menghapus rasa pusingku karna memikirkan mimpiku itu. Hanya, sepertinya hari ini Thallita terlihat sangat senang. Aku mencoba bertanya.
‘’Tha, kayaknya lagi seneng nih… Ada apa nich?’’kataku sambil tertawa. ‘’Ah, biasa aja koq, Cha. Cuma perasaan kali. Aku ga lagi seneng koq. Biasa-biasa ajah tuh….’’katanya sambil mencubit pipiku.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. Kalau Thalita mencubit pipiku, itu sih sudah biasa. Hanya, kali ini aku ga membalas cubitannya yang bikin aku ketawa itu.
‘’Eh, Cha. Tadi kata Tata, kamu kayaknya lagi ada pikiran yang ganggu kamu ya?’’kata Thalita. ‘’Iya. Cuma ga papa koq.’’ ‘’Itu Cuma soal mimpiku itu.’’ Kataku lagi.
‘’Ohh…. Soal mimpi kamu itu, jangan terlalu kamu pikirin ya, Cha. Nanti kamu jadi pemurung lho…. Hehehe….’’kata Thalita sambil mencubit pipiku lagi. ‘’Aduh…. Iya, iya. Aku ga bakal jadi pemurung koq. Tenang ajah deh. Hahaaaa…..’’jawabku sambil mencubit pipi Thalita lagi.
Aku cukup terhibur karena Thalita yang selalu berhasil membuatku tertawa. Beruntungnya aku meliliki sahabat seperti dia.
***
Saat sampai dirumah, aku sangat kaget begitu melihat kamarku. Ya ampun…. Berantakan sekali..! ‘’Siapa yang mengacak-acak kamarku menjadi seperti ini?’’kataku dalam hati. Yah… aku terpaksa membereskan kamarku lagi deh. Bantal-bantalku terlempar sana-sini. Boneka-bonekaku berantakan. Lemari bajuku acak-acakan. Baju-baju berserakan diluar lemari. Aku kesal sekali. Rasanya ingin teriak dikamar.
***
Mungkin sudah 2 jam aku berada dikamar untuk merapikan kembali kamarku itu. Emang sih udah selesai, tapi, kesalnya itu ga selesai-selesai. Aku memutuskan bertanya pada mama siapa yang mengacak-acak kamarku.
‘’Mah, tadi liat ga siapa yang ngacak-ngacak kamarku?’’tanyaku pada mama. ‘’Ohh…. Itu Ichiko yang ngacak-ngacak. Ichiko sepupu kamu. Tapi, kamu pasti ga kenal deh.’’balas mama. ‘’Ohh…. Ya udah deh ma… aku ke kamar dulu ya….’’kataku pada mama. ‘’Ya udah. Kamu istirahat deh.’’jawab mama.
***
Huh.. Aku masih menggerutu karena kamarku jadi berantakan banget. Walau kamarku sekarang udah ga berantakan lagi, Cuma kan kesalnya itu ga ketahan. Aku masih mikirin, kenapa Ichiko itu berani-beraninya masuk kekamarku tanpa izin. Kan ga ada orang rumah yang berani masuk kamarku saat aku sekolah. Emangnya si Ichiko itu umur berapa sich? Koq dia berani masuk kamarku tanpa izin?
***
Besoknya disekolah, aku bercerita tentang kamarku dan Ichiko. Ya tentunya aku bercerita pada Tata dan Thalita.
‘’Hem, mungkin dia itu mencari sesuatu dikamarmu, Cha.’’kata Tata setelah aku berbicara 10 menit tanpa henti. Aku yang masih mengatur nafasku karna kecapekan bicara hanya diam sebentar. ‘’Ahh, ga mungkin kali, Ta. Aku aja ga kenal sama di….’’ ‘’Cha,cha..! Coba liat anak itu deh. Cantik banget, ya! Anak kelas berapa tuh?’’ kata Thalita memutus bicaraku. Aku hanya melihat anak itu sesaat. Aku terlonjak kaget. Anak itu sama percis dengan yang ada di mimpiku. Ya…! Kaira! Tapi, bagaimana anak itu sampai disekolahku ya?





Chacha beruntung memiliki sahabat seperti Tata dan Thalita. Mereka dapat menghibur Chacha bila sedang sedih. Namun, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dari mimpi Chacha itu. Siapakah sebenarnya Ichiko itu? Siapakah sebenarnya Kaira itu? Apakah maksud semua mimpi Chacha?